PPRD adalah Paguyuban Paskibraka Rayon Dua (Kecamatan.Ciledug) Kota Tangerang dimana ini adalah suatu wadah atau organisasi para Purna Paskibraka khususnya di Kota Tangerang Provinsi BANTEN..
Ada pula maksud dan tujuannya blog ini di buat tidak lain dan tidak bukan hanya untuk memberikan infomasi terhangat tentang Paskibra Kota Tangerang khususnya rayon dua kecamatan ciledug, dan untuk mempererat tali persaudaraan sesama anggota atau purna paskibraka yang lain di seluruh penjuru di indonesia.
Kecamatan Ciledug
1. Wilayah Admininistrasi
Wilayah Kecamatan Ciledug memiliki luas wilayah sekitar 975 Ha. Secara administratif, Kecamatan Ciledug berbatasan dengan :
2. Kondisi Fisik dan Hidrologi
Kecamatan Ciledug terletak pada lahan dataran dengan ketinggian topografi antara 15 dpl hingga 21 dpl. Di bagian utara kecamatan umumnya ketinggian lahan berkisar antara 15 hingga 16 meter sedangkan di bagian tengah berkisar antara 16- 17 meter dan dibagian selatan ketinggian lahan berkisar antara 18 hingga 21 meter dpl. Berdasarkan analisis terhadap kondisi topografi tersebut, Kecamatan Ciledug memiliki kemiringan lereng kurang dari 5 %, berdasarkan criteria dari Maberry kemiringan lahan kurang dari 5 persen tersebut cukup sesuai bagi pengembangan permukiman dan perkotaan.
Disamping memiliki kesesuaian secara topografis, Kecamatan Ciledug juga cukup sesuai dikembangkan sebagai kawasan perkotaan ditinjau dari jenis tanah yang umumnya adalah latosol, podsolik merah kuning dan andosol. Jenis tanah tersebut umumnya cukup permebel dan stabil, sehingga cukup baik dalam meresapkan air hujan dan memiliki kestabilan dalam pondasi bangunan.
Lokasi yang menjadi limitasi bagi pengembangan perkotaan adalah di sepanjang sempadan sungai-sungai yang mengalir di Kecamatan Ciledug seperti Kali Angke, Kali Sarua, Kali Wetan, Kali Pasanggrahan dan Kali Jibris. Sungai-sungai tersebut merupakan elemen ruang yang cukup penting di Kecamatan Ciledug karena disamping sebagai badan air/hidrologi juga berfungsi sebagai elemen landscape yang potensial untuk dikembangkan. Umumnya kali-kali tersebut mengalir dari Selatan ke Utara. Pada saat musim hujan debit air di sungai-sungai tersebut umumnya meningkat tajam dan sering menimbulkan banjir khususnya di sekitar Kali Angke, Kali Sarua dan Kali Wetan.
Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi fisik dasar menurut Blok adalah sebagai berikut :
Blok B1
Kondisi topografi di blok B1 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara sekitar 18 m dpl dan di bagian selatan sekitar 20 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 2 hingga 4 %. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi banjir/genangan di bagian utara perumahan Tajur. Dibagian Timur dan Utara terdapat Kali Angke yang memiliki debit air cukup besar di musim hujan khususnya pada siklus 5 tahunan.
Ketinggian air sungai pada musim hujan umumnya lebih tinggi dibandingkan ketinggian lahan, sehingga sering menimbulkan bencana banjir. Upaya untuk menghindari banjir dilakukan dengan membangun tanggul penahan banjir serta penyediaan pompa drainase.
Upaya mitigasi bencana banjir perlu dilakukan di blok ini dengan membangun tandon air dan mengembangkan bangunan/perumahan susun/apartemen dengan BCR/KDB rendah sehingga memiliki lahan yang cukup bagi daerah hijau yang dapat berfungsi resapan air.
Blok B2
Blok B2 merupakan dataran dengan ketinggian lahan berkisar antara 18 hingga 20 m dpl dengan kemiringan rata-rata kurang dari 5%. Kondisi kemiringan demikian cukup sesuai bagi pengembangan perkotaan. Dibagian Timur dan Barat Blok B2 merupakan lahan yang cukup rawan banjir sehingga perlu dikembangkan bangunan bertingkat berupa rumah susun atau apartemen serta pengembangan tandon air, sempadan sungai dan ruang terbuka hijau sebagai daerah resapan air.
Blok B3
Kondisi topografi di blok B3 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara Blok sekitar 15 m dpl dan di bagian selatan sekitar 18 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 1 hingga 4 %. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi banjir khusunya di bagian timur Kali Angke. Untuk menghindari banjir perlu dilakukan normalisasi sungai dan peningkatan tanggul. Perlu dikembangkan jalur hijau sepanjang sempadan kali angke dan pengembangan perumahan dengan BCR rendah.
Blok B4
Kondisi topografi di blok B2 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara Blok sekitar 19 m dpl dan di bagian selatan sekitar 21 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 1 hingga 3 %. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi banjir/genangan di bagian selatan jalan Puri Kartika 4 dan lahan kosong di bagian timur Kali Wetan. Di bagian Barat Blok B2 terdapat Kali Wetan yang berpotensi menimbulkan banjir pada musim hujan. Upaya mitigasi bencana banjir perlu dilakukan di blok ini dengan membangun tandon air dan mengembangkan bangunan/perumahan susun/apartemen dengan BCR/KDB rendah serta ruang terbuka hijau sebagai daerah resapan air.
Blok T1
Blok T1 merupakan pusat Kecamatan Ciledug yang terletak di bagian Utara Kecamatan, memiliki ketinggian antara 15 m dpl di bagian utara dan di bagian selatan sekitar 20 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 0 hingga 4 %. Terdapat Kali Pasanggrahan yang berpotensi sebagai elemen landscape dan sumber baku air bersih, disamping memiliki potensi kali pesanggrahan juga berpotensi menimbulkan banjir di musim hujan. Perlu dikembangkan sempadan bangunan di kiri kanan sungai yang dapat berfungsi sebagai jalur hijau dan jalan inspeksi/mitigasi bencana. Untuk meningkatkan kemampuan peresapan air hujan/drainase di Blok T1 perlu dikembangkan perumahan/tata bangunan dengan BCR rendah.
Blok T2
Kondisi topografi di blok T1 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara Blok sekitar 15 m dpl dan di bagian selatan sekitar 18 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 1 hingga 4 %. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi genangan di bagian tengah Blok T1, perlu upaya pengembangan infrastruktur drainase serta pengembangan daerah resapan air untuk mengatasi genangan. Untuk meningkatkan kemampuan peresapan air hujan/drainase di Blok T2 perlu dikembangkan perumahan/tata bangunan dengan BCR rendah.
Blok T3
Blok T3 terletak dibagian Utara Kecamatan Ciledug memiliki topografi datar kurang dari 5%, kondisi tersebut disamping berpotensi bagi pengembangan perkotaan juga dapat berpotensi genangan pada musim hujan. Ketinggian lahan di Blok T3 antara 16 hingga 17 m dpl. Dibagian Timur terdapat Kali Jibris yang berpotensi sebagai elemen landscape. Di samping memiliki potensi, kali Jibris juga berpotensi menimbulkan banjir di musim hujan. Perlu dikembangkan sempadan bangunan di kiri kanan sungai yang dapat berfungsi sebagai jalur hijau dan jalan inspeksi/mitigasi bencana. Untuk meningkatkan kemampuan peresapan air hujan/drainase di Blok T3 perlu dikembangkan perumahan/tata bangunan dengan BCR rendah.
Blok T4
Kondisi topografi di blok T4 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara Blok T4 sekitar 18 m dpl dan di bagian selatan ketinggian lahan sekitar 20 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 0 hingga 5 %. Kondisi hidrologi di Blok ini cukup burukk karena tidak terdapat sungai yang dapat berfungsi sebagai saluran drainase primer, serta air tanah dangkal yang berfungsi sebagai sumber air bersih memiliki kualitas yang kurang baik, sehingga membutuhkan suplai air perpipaan dari PDAM untuk mengatasi rendahnya kualitas air bersih yang ada. Di Blok T4 juga terdapat beberapa cekungan yang berpotensi banjir/genangan di bagian tengah blok. Upaya mengurangi potensi genangan perlu dilakukan di blok ini dengan mengembangkan bangunan/perumahan susun dengan BCR/KDB rendah sehingga memiliki lahan yang cukup bagi daerah hijau yang dapat berfungsi resapan air.
Blok T5
Blok T5 terletak di bagian Utara jalan Ciptomangunkusumo, kondisi topografi di blok T5 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara Blok sekitar 15 m dpl dan di bagian selatan sekitar 18 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 1 hingga 4 %. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi genangan di bagian tengah Blok T5, perlu upaya pengembangan infrastruktur drainase serta pengembangan daerah resapan air untuk mengatasi genangan. Untuk meningkatkan kemampuan peresapan air hujan/drainase di Blok T5 perlu dikembangkan openspace/RTH atau hutan kota serta perumahan/tata bangunan dengan BCR rendah.
Blok T6
Kondisi topografi di blok T6 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara Blok sekitar 17 m dpl dan di bagian selatan sekitar 20 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 1 hingga 4 %. Di Blok T6 terdapat cukup luas lahan kosong dengan kondisi topografi yang datar. Kondisi lahan dengan kemiringan rendah tersebut berpotensi bagi pengembangan kawasan perumahan dan fungsi perkotaan lainnyaTerdapat beberapa cekungan yang berpotensi genangan di bagian Timur Blok T6 ini serta terdapatnya kali pesanggrahan, perlu upaya pengembangan infrastruktur drainase serta pengembangan daerah resapan air untuk mengatasi genangan. Untuk meningkatkan kemampuan peresapan air hujan/drainase di Blok T6 perlu dikembangkan Ruang terbuka hijau dan perumahan/tata bangunan dengan BCR rendah.
Blok S1
Blok S1 terletak antara Jalan Setiabudhi dengan Jalan Raya Jombang. Blok S1 memiliki kondisi topografi datar dengan ketinggian antara 18 hingga 20 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 0 hingga 4 %. Kondisi lahan dengan kemiringan yang relative datar tersebut berpotensi bagi pengembangan kawasan perumahan dan fungsi perkotaan lainnya, di sisi lain lahan datar tersbut juga berpotensi genangan apabila menanganan air hujan tidak dilakukan dengan baik. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi genangan di bagian tengah Blok S1 ini, perlu upaya pengembangan infrastruktur drainase serta pengembangan daerah resapan air untuk mengatasi genangan. Untuk meningkatkan kemampuan peresapan air hujan/drainase di Blok S1 ini perlu dikembangkan ruang terbuka hijau dan perumahan/tata bangunan dengan BCR rendah.
Blok S2
Blok S2 terletak di sebelah Timur jalan Raya Jombang serta di sebelah Selatan jalan Raya Ciptomangunkusumo. Blok S2 memiliki kondisi topografi datar dengan ketinggian antara 17 hingga 21 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 0 hingga 5 %. Terdapat lahan kosong di bagian Utara Blok S2 yang berpotensi bagi pengembangan perumahan atau kawasan perkotaan lainnya. Di bagian Timur terdapat Kali Pasanggrahan yang berpotensi genangan apabila menanganan air hujan tidak dilakukan dengan baik. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi genangan di bagian tengah Blok S2 ini, perlu upaya pengembangan infrastruktur drainase serta pengembangan daerah resapan air untuk mengatasi genangan.
Blok S3
Blok S3 terletak di sebelah Selatan jalan Raya Ciptomangunkusumo. Blok S3 memiliki kondisi topografi datar dengan ketinggian antara 18 hingga 21 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 0 hingga 5 %. Terdapat lahan kosong di bagian Utara Blok S2 yang berpotensi bagi pengembangan perumahan atau kawasan perkotaan lainnya. Di bagian Barat terdapat Kali Pasanggrahan yang berpotensi sebagai elemen landscape perkotaan, disamping itu juga berpotensi menimbulkan banjir/genangan apabila menanganan air hujan tidak dilakukan dengan baik. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi genangan di bagian tengah Blok S3 ini, perlu upaya rehabilitasi/normalisasi Kali Pasanggrahan serta pengembangan infrastruktur drainase untuk mengatasi genangan.
Blok S4
Blok S4 terletak di sebelah Selatan jalan Ciptomangunkusumo. Blok S4 memiliki kondisi topografi datar dengan ketinggian antara 17 hingga 20 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 0 hingga 4 %. Kondisi lahan dengan kemiringan yang relative datar tersebut berpotensi bagi pengembangan kawasan perumahan dan fungsi perkotaan lainnya, di sisi lain lahan datar tersbut juga berpotensi genangan apabila menanganan air hujan tidak dilakukan dengan baik. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi genangan di bagian timur Blok S4 ini, perlu upaya pengembangan infrastruktur drainase serta pengembangan daerah resapan air untuk mengatasi genangan. Untuk meningkatkan kemampuan peresapan air hujan/drainase di Blok S4 ini perlu dikembangkan ruang terbuka hijau dan perumahan/tata bangunan dengan BCR rendah.
3. Demografi
Perbedaan karakteristik baik secara fisik maupun non fisik pada setiap kelurahan menyebabkan penyebaran penduduk tidak sama pada setiap kelurahan. Jumlah penduduk Kecamatan Ciledug pada tahun 2006 sebanyak 94.771 jiwa.
Jumlah tersebut tersebar di 8 kelurahan yang ada di Kecamatan Ciledug. Kelurahan Sudimara Jaya menjadi kelurahan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak, yakni sebesar 16.521 jiwa atau 17 % dari Jumlah penduduk Kecamatan Ciledug.
Dari segi pertumbuhan penduduk dalam 4 tahun terakhir jumlah penduduk Kecamatan Ciledug mengalami pertumbuhan yang tidak signifikan. Jumlah penduduk Kec. Ciledug pada tahun 2006 sebanyak 94.771 jiwa, jumlah ini hanya mengalami peningkatan sebesar 642 jiwa atau 0,67 % dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2002 sebanyak 95.129 jiwa.
Jumlah penduduk yang tidak sama dan faktor luas wilayah menyebabkan distribusi kepadatan penduduk tidak merata di setiap kelurahan di Kecamatan Ciledug. Kepadatan Penduduk Kecamatan Ciledug pada tahun 2006 adalah 110 jiwa/Ha. Angka ini menunjukan bahwa Kecamatan Ciledug merupakan kawasan padat penduduk. Jika dilihat berdasarkan kelurahan yang ada, Kelurahan Sudimara Jaya merupakan kelurahan terpadat di Kecamatan Ciledug dengan tingkat kepadatan sebesar 203 jiwa/ha, sedangkan kelurahan dengan kepadatan terendah ada pada kelurahan Paninggilan Selatan dengan tingkat kepadatan sebesar 73 jiwa/ha.
4. Arahan Struktur Ruang
Struktur kegiatan yang akan dikembangkan di Kecamatan Ciledug berdasarkan arahan revisi RTRW Kota Tangerang Tahun 2000-2010 adalah sebagai perumahan menengah kecil. Kecamatan Ciledug mepunyai kecenderungan pola perkembangan yang memusat pada suatu daerah dan pola “memita”mengikuti jalur jalan regional yaitu: sepanjang koridor Jl. Cokroaminoto, Jl. Raden Fatah, Jl. Ciptomangunkusumo. Oleh karena itu, konsep pengembangan tata ruang wilayah disusun menggunakan konsep “Multy Nucleid” yang akan mengarahkan perkembangan lebih merata dan tidak terpusat.
Struktur ruang suatu wilayah dipengaruhi oleh pola jaringan jalan, lokasi pusat kegiatan serta penggunaan lahan lainnya. Pembentuk struktur ruang utama di Kecamatan Ciledug adalah Jalan Raden Fatah. Bila wilayah perencanaan dilihat secara keseluruhan maka akan terlihat bahwa wilayah Kecamatan Ciledug terbagi dua yaitu bagian Barat dan bagian Timur Jalan Raden Fatah. Sedangkan dengan adanya jalan Ciptomangunkusumo menyebabkan Kecamatan Ciledug terbagi atas 3 bagian yaitu bagian Utara, Timur dan Barat. Akses yang sangat baik dari ke tiga jaringan jalan tersebut menyebabkan kawasan perdagangan berkembang di sepanjang koridor jalan tersebut. Konsentrasi kegiatan perdagangan di sepanjang jaringan jalan Cokroaminoto dan Jalan Raden Fatah tersebut menimbulkan banyak masalah terutama tata bangunan yang tidak tertata dan kemacetan lalu lintas.
Berdasarkan hasil konsep dan strategi pengembangan, Kecamatan Ciledug dibagi menjadi 3 Sub Bagian Wilayah Kota (Sub BWK), yang terdiri dan Sub BWK Utara, Timur dan Selatan, dengan rincian sebagai berikut:
1. Sub BWK Utara
Blok Utara terdiri dari unit lingkungan blok U1 sampai U4, merupakan bagian dari wilayah administrasi Kelurahan Tajur dan Kelurahan Sudimara Selatan, Dominasi kegiatan perumahan dan perdagangan di sepanjang Jalan Raden Fatah di bagian timur dan Jalan Kebon Kacang di bagian Selatan
2. Sub BWK Selatan
Blok Selatan terdiri dari unit lingkungan blok S1 sampai S4, merupakan bagian wilayah administrasi Kelurahan Parung Serab dan Kelurahan Paninggilan. Sub BWK Selatan dibatasi Kabupaten Tangerang di bagian Selatan, dan Barat, Kecamatan Larangan di bagian Timur, sedangkan di bagian Utara di batasi oleh Jalan Pondok Kacang dan Ciptomangunkusumo.
3. Sub BWK Timur
Blok Timur terdiri dari unit lingkungan blok T1 sampai T6, merupakan bagian wilayah administrasi Kelurahan Parung Sudimara Barat, Sudimara Jaya, Sudimara Timur, dan Kelurahan Paninggilan Utara. Sub BWK Timur dibatasi Jalan Ciptomangunkusumo di bagian Selatan, Jalan Raden Fatah di bagian Barat, Jl Cokroaminoto di bagian Utara dan Kecamatan Larangan di bagian Timur.
Struktur Pusat-pusat pelayanan yang akan dikembangkan didasarkan atas upaya mengurangi problematika yang terjadi di sepanjang koridor jalan Cokroaminoto, Ciptomangunkusumo dan Jalan Raden Fatah. Terdapat kecenderungan perkembangan kegiatan jasa dan perdagangan yang sangat kuat di jalan Cokroaminoto dan Jalan Raden Fatah, oleh karena itu kedua koridor jalan tersebut dapat diarahkan sebagai lokasi kegiatan jasa perdagangan dengan pengaturan tata bangunan dan landscape yang memadai. Jalan Ciptomangunkusumo diarahkan sebagai kawasan perkantoran, pemerintahan dan fasilitas sosial, walaupun upaya ini relatif agak sulit karena terdapat kecenderungan yang kuat perkembangan kawasan perdagangan di Koridor jalan ini, namun dengan upaya insentif dan disinsentif diharapkan koridor Jalan Cipto dapat diarahkan perkembangannya sebagai kawasan perkantoran. Pusat Kecamatan sebagai pusat pemerintahan tetap menempati lokasinya di jalan Cokroaminoto, namun demikian mengingat permasalahan kemacetan lalu lintas di kawasan tersebut perlu diupayakan pemindahan kawasan pemerintahan tersebut ke kawasan perkantoran di Jalan Ciptomangunkusumo.
Dengan perkembangan kegiatan perdagangan yang demikian kuat di Koridor Jalan Cokro, Raden Fatah, Jalan Raya Jombang, Ciptomangukusumo, dan Kebon Kacang menyebabkan Kecamatan Ciledug memiliki pusat kegiatan yang cenderung memita di sepanjang jaringan jalan utama, kondisi tersebut tentu akan menimbulkan permasalahan lalu lintas karena penduduk akan berorientasi ke jalan-jalan utama, oleh karena itu pusat-pusat kegiatan perlu diarahkan lebih ke “dalam” kecamatan yaitu di pusat-pusat Blok Permukiman. Dengan demikian diperlukan pengembangan 14 sub pusat pengembangan dengan kegiatan utama perdagangan skala lingkungan serta kegiatan sosial skala lingkungan seperti pendidikan, olah raga, taman rekreasi, kesehatan dsb.
5. Rencana Penggunaan Lahan
Kebijakan pemanfaatan ruang yang telah digariskan dalam Dokumen RTRW Kota Tangerang Tahun 2000 -2010 mengarahkan Kecamatan Ciledug sebagai kawasan perumahan skala kecil dan menengah. Sedangkan peruntukan kawasan komersial perdagangan dan jasa dialokasikan di sepanjang Jl. Cokroaminoto dan Jalan Raden Fatah serta jalan-jalan utama lainnya.
Rencana penggunaan lahan merupakan gambaran optimalisasi pemanfaatan setiap bagian lahan di kawasan perencanaan secara terarah untuk dapat memiliki nilai ekonomis yang tinggi dengan pertimbangan fungsi dan peranan kawasan, efesiensi lahan, efektifitas pengembangan serta pertimbangan aspek lingkungan.
Rencana penggunaan lahan di kawasan perencanaan merupakan gambaran sektoral dalam matra ruang, oleh karena itu rencana penggunaan lahan di Kecamatan Ciledug dibentuk berdasarkan komponen-komponen:
v Arahan kebijaksanaan Struktur Ruang dan Alokasi Pemanfaatan Lahan Kota Tangerang
v Analisis dan pembentukan struktur ruang dan kegiatan kawasan perencanaan
v Analisis pola penggunaan lahan dan kecenderungan pemanfaatan ruang
v Analisis daya dukung lahan dan lingkungan kawasan perencanaan
Konsep rencana penggunaan lahan di Kecamatan Ciledug didasarkan pada pola pemanfaatan lahan saat ini, kecenderungan perkembangan serta arahan dari rencana yang lebih tinggi, yaitu RTRW Kota Tangerang. Arahan RTRW Kota Tangerang sesuai dengan potensi dan kecenderungan perkembangan saat ini yaitu sebagai wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Tangerang dan menjadi bagian dari Kota Tangerang. Kecamatan Ciledug berada diantara dua wilayah sehingga mendapat limpahan penduduk dari kedua wilayah tersebut. Konsep penggunaan lahan di wilayah perencanaan adalah menjadikan Kecamatan Ciledug sebagai kawasan perumahan teratur dan tertata baik dengan segala sarana dan prasarana penunjang perumahan yang dibutuhkan. Kecamatan Ciledug diharapkan dapat menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi penduduk setempat ataupun para komuter yang bekerja di Jakarta.
Sepanjang koridor Jl. Cokroaminoto dan Jalan Raden Fatah ditetapkan sebagai kawasan perdagangan dan jasa pada RTRW Kota Tangerang, sesuai dengan kondisi saat ini. Penataan bangunan dan pengaturan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sangat diperlukan, sehingga kawasan ini lebih teratur. Intensitas lahan dan bangunan masih dapat ditingkatkan serta tempat parkir pada lahan pertokoan perlu disediakan.
Untuk memperjelas gambaran rencana pemanfaatan lahan pada masing-masing blok perencanaan, pengembangannya adalah sebagal berikut::
1. Sub BWK Utara
Sub BWK Utara memiliki fungsi dominant perumahan di bagian dalam blok dan kegiatan jasa dan perdagangan di sepanjang jalan Raden Fatah di bagian Timur dan Cokroaminoto di Bagian Utara. Terdapat beberapa perumahan besar di Sub BWK Utara ini yaitu Perumahan Tajur, Perumahan Puri Kartika dan Perumahan Griya Kencana. Di Beberapa bagian kawasan terdapat lahan kososng yang potensial untuk dikembangkan sebagai perumahan dengan kepadatan rendah. Akses jalan dari Sub BWK Utara umumnya adalah ke Jalan Pondok Kacang di bagian Selatan, Jalan Raden Fatah di bagian Timur dan Cokroaminoto di bagian Utara.
Sub BWK Utara ini memiliki beberapa masalah yaitu kepadatan bangunan perumahan yang cukup tinggi terutama di perkampungan, kemacetan lalu lintas di sepanjang jalan Raden Fatah dan Cokroaminoto, tingkat pelayanan utilitas yang sangat rendah dan permasalahan banjir karena terbatasnya sistem drainase. Perlu upaya meningkatkan kualitas lingkungan melalui penataan perkampungan, pembangunan open space/taman/hutan kota, perencanaan pembangunan perumahan dengan kepadatan rendah, penataan jaringan jalan lalu lintas, penataan sempadan sungai serta pengembangan pelayanan utilitas kota khususnya air bersih, pengelolaan limbah dan sampah.
2. Sub BWK Timur
Sub BWK Timur memiliki fungsi dominant perumahan di bagian dalam blok dan kegiatan jasa dan perdagangan di sepanjang jalan Raden Fatah di bagian Barat dan Cokroaminoto di Bagian Utara. Terdapat beberapa perumahan besar di Sub BWK Timur ini yaitu Perumahan Griya Kencana, Perumahan Peruri. Di sebagian kecil kawasan terdapat lahan kosong yang potensial untuk dikembangkan sebagai perumahan dengan kepadatan rendah. Akses jalan dari Sub BWK Timur umumnya adalah ke Jalan Ciptomangunkusumo di bagian Selatan, Jalan Raden Fatah di bagian Barat dan Cokroaminoto di bagian Utara.
Sub BWK Timur ini memiliki beberapa masalah yaitu kepadatan bangunan perumahan yang cukup tinggi terutama di perkampungan, kemacetan lalu lintas di sepanjang jalan Raden Fatah dan Cokroaminoto, tingkat pelayanan utilitas yang sangat rendah dan permasalahan banjir karena terbatasnya sistem drainase. Perlu upaya meningkatkan kualitas lingkungan melalui penataan perkampungan, pembangunan open space/taman/hutan kota, perencanaan pembangunan perumahan dengan kepadatan rendah, penataan jaringan jalan lalu lintas, penataan sempadan sungai serta pengembangan pelayanan utilitas kota khususnya air bersih, pengelolaan limbah dan sampah.
3. Sub BWK Selatan
Sub BWK Selatan memiliki fungsi dominant perumahan di bagian dalam blok dan kegiatan jasa dan perdagangan di sepanjang jalan Raden Fatah di bagian Timur dan Ciptomangunkusumo di Bagian Utara. Terdapat beberapa perumahan besar di Sub BWK Selatan ini yaitu Perumahan Paninggilan Permai, Perumahan Kimia Farma dan P dan K dan Perumahan Japos. Di Beberapa bagian kawasan terdapat lahan kosong yang potensial untuk dikembangkan sebagai perumahan dengan kepadatan rendah. Akses jalan dari Sub BWK Selatan umumnya adalah ke Jalan Pondok Kacang Raden Fatah dan Ciptomangunkusumo di bagian Utara, Jalan Setiabudhi di bagian Barat dan selatan.
Sub BWK Selatan ini memiliki beberapa masalah yaitu kepadatan bangunan perumahan yang cukup tinggi terutama di perkampungan, tingkat pelayanan utilitas yang sangat rendah dan permasalahan banjir karena terbatasnya sistem drainase. Perlu upaya meningkatkan kualitas lingkungan melalui penataan perkampungan, pembangunan open space/taman/hutan kota, perencanaan pembangunan perumahan dengan kepadatan rendah, penataan jaringan jalan lalu lintas, penataan sempadan sungai serta pengembangan pelayanan utilitas kota khususnya air bersih, pengelolaan limbah dan sampah.
Kecamatan Ciledug
1. Wilayah Admininistrasi
Wilayah Kecamatan Ciledug memiliki luas wilayah sekitar 975 Ha. Secara administratif, Kecamatan Ciledug berbatasan dengan :
- Sebelah Barat : Kecamatan Pinang.
- Sebelah Timur : Kecamatan Larangan
- Sebelah Utara : Kecamatan Karang Tengah.
- Sebelah Selatan : Kecamatan Pondok Aren Kab. Tangerang.
2. Kondisi Fisik dan Hidrologi
Kecamatan Ciledug terletak pada lahan dataran dengan ketinggian topografi antara 15 dpl hingga 21 dpl. Di bagian utara kecamatan umumnya ketinggian lahan berkisar antara 15 hingga 16 meter sedangkan di bagian tengah berkisar antara 16- 17 meter dan dibagian selatan ketinggian lahan berkisar antara 18 hingga 21 meter dpl. Berdasarkan analisis terhadap kondisi topografi tersebut, Kecamatan Ciledug memiliki kemiringan lereng kurang dari 5 %, berdasarkan criteria dari Maberry kemiringan lahan kurang dari 5 persen tersebut cukup sesuai bagi pengembangan permukiman dan perkotaan.
Disamping memiliki kesesuaian secara topografis, Kecamatan Ciledug juga cukup sesuai dikembangkan sebagai kawasan perkotaan ditinjau dari jenis tanah yang umumnya adalah latosol, podsolik merah kuning dan andosol. Jenis tanah tersebut umumnya cukup permebel dan stabil, sehingga cukup baik dalam meresapkan air hujan dan memiliki kestabilan dalam pondasi bangunan.
Lokasi yang menjadi limitasi bagi pengembangan perkotaan adalah di sepanjang sempadan sungai-sungai yang mengalir di Kecamatan Ciledug seperti Kali Angke, Kali Sarua, Kali Wetan, Kali Pasanggrahan dan Kali Jibris. Sungai-sungai tersebut merupakan elemen ruang yang cukup penting di Kecamatan Ciledug karena disamping sebagai badan air/hidrologi juga berfungsi sebagai elemen landscape yang potensial untuk dikembangkan. Umumnya kali-kali tersebut mengalir dari Selatan ke Utara. Pada saat musim hujan debit air di sungai-sungai tersebut umumnya meningkat tajam dan sering menimbulkan banjir khususnya di sekitar Kali Angke, Kali Sarua dan Kali Wetan.
Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi fisik dasar menurut Blok adalah sebagai berikut :
Blok B1
Kondisi topografi di blok B1 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara sekitar 18 m dpl dan di bagian selatan sekitar 20 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 2 hingga 4 %. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi banjir/genangan di bagian utara perumahan Tajur. Dibagian Timur dan Utara terdapat Kali Angke yang memiliki debit air cukup besar di musim hujan khususnya pada siklus 5 tahunan.
Ketinggian air sungai pada musim hujan umumnya lebih tinggi dibandingkan ketinggian lahan, sehingga sering menimbulkan bencana banjir. Upaya untuk menghindari banjir dilakukan dengan membangun tanggul penahan banjir serta penyediaan pompa drainase.
Upaya mitigasi bencana banjir perlu dilakukan di blok ini dengan membangun tandon air dan mengembangkan bangunan/perumahan susun/apartemen dengan BCR/KDB rendah sehingga memiliki lahan yang cukup bagi daerah hijau yang dapat berfungsi resapan air.
Blok B2
Blok B2 merupakan dataran dengan ketinggian lahan berkisar antara 18 hingga 20 m dpl dengan kemiringan rata-rata kurang dari 5%. Kondisi kemiringan demikian cukup sesuai bagi pengembangan perkotaan. Dibagian Timur dan Barat Blok B2 merupakan lahan yang cukup rawan banjir sehingga perlu dikembangkan bangunan bertingkat berupa rumah susun atau apartemen serta pengembangan tandon air, sempadan sungai dan ruang terbuka hijau sebagai daerah resapan air.
Blok B3
Kondisi topografi di blok B3 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara Blok sekitar 15 m dpl dan di bagian selatan sekitar 18 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 1 hingga 4 %. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi banjir khusunya di bagian timur Kali Angke. Untuk menghindari banjir perlu dilakukan normalisasi sungai dan peningkatan tanggul. Perlu dikembangkan jalur hijau sepanjang sempadan kali angke dan pengembangan perumahan dengan BCR rendah.
Blok B4
Kondisi topografi di blok B2 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara Blok sekitar 19 m dpl dan di bagian selatan sekitar 21 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 1 hingga 3 %. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi banjir/genangan di bagian selatan jalan Puri Kartika 4 dan lahan kosong di bagian timur Kali Wetan. Di bagian Barat Blok B2 terdapat Kali Wetan yang berpotensi menimbulkan banjir pada musim hujan. Upaya mitigasi bencana banjir perlu dilakukan di blok ini dengan membangun tandon air dan mengembangkan bangunan/perumahan susun/apartemen dengan BCR/KDB rendah serta ruang terbuka hijau sebagai daerah resapan air.
Blok T1
Blok T1 merupakan pusat Kecamatan Ciledug yang terletak di bagian Utara Kecamatan, memiliki ketinggian antara 15 m dpl di bagian utara dan di bagian selatan sekitar 20 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 0 hingga 4 %. Terdapat Kali Pasanggrahan yang berpotensi sebagai elemen landscape dan sumber baku air bersih, disamping memiliki potensi kali pesanggrahan juga berpotensi menimbulkan banjir di musim hujan. Perlu dikembangkan sempadan bangunan di kiri kanan sungai yang dapat berfungsi sebagai jalur hijau dan jalan inspeksi/mitigasi bencana. Untuk meningkatkan kemampuan peresapan air hujan/drainase di Blok T1 perlu dikembangkan perumahan/tata bangunan dengan BCR rendah.
Blok T2
Kondisi topografi di blok T1 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara Blok sekitar 15 m dpl dan di bagian selatan sekitar 18 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 1 hingga 4 %. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi genangan di bagian tengah Blok T1, perlu upaya pengembangan infrastruktur drainase serta pengembangan daerah resapan air untuk mengatasi genangan. Untuk meningkatkan kemampuan peresapan air hujan/drainase di Blok T2 perlu dikembangkan perumahan/tata bangunan dengan BCR rendah.
Blok T3
Blok T3 terletak dibagian Utara Kecamatan Ciledug memiliki topografi datar kurang dari 5%, kondisi tersebut disamping berpotensi bagi pengembangan perkotaan juga dapat berpotensi genangan pada musim hujan. Ketinggian lahan di Blok T3 antara 16 hingga 17 m dpl. Dibagian Timur terdapat Kali Jibris yang berpotensi sebagai elemen landscape. Di samping memiliki potensi, kali Jibris juga berpotensi menimbulkan banjir di musim hujan. Perlu dikembangkan sempadan bangunan di kiri kanan sungai yang dapat berfungsi sebagai jalur hijau dan jalan inspeksi/mitigasi bencana. Untuk meningkatkan kemampuan peresapan air hujan/drainase di Blok T3 perlu dikembangkan perumahan/tata bangunan dengan BCR rendah.
Blok T4
Kondisi topografi di blok T4 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara Blok T4 sekitar 18 m dpl dan di bagian selatan ketinggian lahan sekitar 20 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 0 hingga 5 %. Kondisi hidrologi di Blok ini cukup burukk karena tidak terdapat sungai yang dapat berfungsi sebagai saluran drainase primer, serta air tanah dangkal yang berfungsi sebagai sumber air bersih memiliki kualitas yang kurang baik, sehingga membutuhkan suplai air perpipaan dari PDAM untuk mengatasi rendahnya kualitas air bersih yang ada. Di Blok T4 juga terdapat beberapa cekungan yang berpotensi banjir/genangan di bagian tengah blok. Upaya mengurangi potensi genangan perlu dilakukan di blok ini dengan mengembangkan bangunan/perumahan susun dengan BCR/KDB rendah sehingga memiliki lahan yang cukup bagi daerah hijau yang dapat berfungsi resapan air.
Blok T5
Blok T5 terletak di bagian Utara jalan Ciptomangunkusumo, kondisi topografi di blok T5 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara Blok sekitar 15 m dpl dan di bagian selatan sekitar 18 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 1 hingga 4 %. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi genangan di bagian tengah Blok T5, perlu upaya pengembangan infrastruktur drainase serta pengembangan daerah resapan air untuk mengatasi genangan. Untuk meningkatkan kemampuan peresapan air hujan/drainase di Blok T5 perlu dikembangkan openspace/RTH atau hutan kota serta perumahan/tata bangunan dengan BCR rendah.
Blok T6
Kondisi topografi di blok T6 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara Blok sekitar 17 m dpl dan di bagian selatan sekitar 20 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 1 hingga 4 %. Di Blok T6 terdapat cukup luas lahan kosong dengan kondisi topografi yang datar. Kondisi lahan dengan kemiringan rendah tersebut berpotensi bagi pengembangan kawasan perumahan dan fungsi perkotaan lainnyaTerdapat beberapa cekungan yang berpotensi genangan di bagian Timur Blok T6 ini serta terdapatnya kali pesanggrahan, perlu upaya pengembangan infrastruktur drainase serta pengembangan daerah resapan air untuk mengatasi genangan. Untuk meningkatkan kemampuan peresapan air hujan/drainase di Blok T6 perlu dikembangkan Ruang terbuka hijau dan perumahan/tata bangunan dengan BCR rendah.
Blok S1
Blok S1 terletak antara Jalan Setiabudhi dengan Jalan Raya Jombang. Blok S1 memiliki kondisi topografi datar dengan ketinggian antara 18 hingga 20 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 0 hingga 4 %. Kondisi lahan dengan kemiringan yang relative datar tersebut berpotensi bagi pengembangan kawasan perumahan dan fungsi perkotaan lainnya, di sisi lain lahan datar tersbut juga berpotensi genangan apabila menanganan air hujan tidak dilakukan dengan baik. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi genangan di bagian tengah Blok S1 ini, perlu upaya pengembangan infrastruktur drainase serta pengembangan daerah resapan air untuk mengatasi genangan. Untuk meningkatkan kemampuan peresapan air hujan/drainase di Blok S1 ini perlu dikembangkan ruang terbuka hijau dan perumahan/tata bangunan dengan BCR rendah.
Blok S2
Blok S2 terletak di sebelah Timur jalan Raya Jombang serta di sebelah Selatan jalan Raya Ciptomangunkusumo. Blok S2 memiliki kondisi topografi datar dengan ketinggian antara 17 hingga 21 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 0 hingga 5 %. Terdapat lahan kosong di bagian Utara Blok S2 yang berpotensi bagi pengembangan perumahan atau kawasan perkotaan lainnya. Di bagian Timur terdapat Kali Pasanggrahan yang berpotensi genangan apabila menanganan air hujan tidak dilakukan dengan baik. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi genangan di bagian tengah Blok S2 ini, perlu upaya pengembangan infrastruktur drainase serta pengembangan daerah resapan air untuk mengatasi genangan.
Blok S3
Blok S3 terletak di sebelah Selatan jalan Raya Ciptomangunkusumo. Blok S3 memiliki kondisi topografi datar dengan ketinggian antara 18 hingga 21 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 0 hingga 5 %. Terdapat lahan kosong di bagian Utara Blok S2 yang berpotensi bagi pengembangan perumahan atau kawasan perkotaan lainnya. Di bagian Barat terdapat Kali Pasanggrahan yang berpotensi sebagai elemen landscape perkotaan, disamping itu juga berpotensi menimbulkan banjir/genangan apabila menanganan air hujan tidak dilakukan dengan baik. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi genangan di bagian tengah Blok S3 ini, perlu upaya rehabilitasi/normalisasi Kali Pasanggrahan serta pengembangan infrastruktur drainase untuk mengatasi genangan.
Blok S4
Blok S4 terletak di sebelah Selatan jalan Ciptomangunkusumo. Blok S4 memiliki kondisi topografi datar dengan ketinggian antara 17 hingga 20 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 0 hingga 4 %. Kondisi lahan dengan kemiringan yang relative datar tersebut berpotensi bagi pengembangan kawasan perumahan dan fungsi perkotaan lainnya, di sisi lain lahan datar tersbut juga berpotensi genangan apabila menanganan air hujan tidak dilakukan dengan baik. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi genangan di bagian timur Blok S4 ini, perlu upaya pengembangan infrastruktur drainase serta pengembangan daerah resapan air untuk mengatasi genangan. Untuk meningkatkan kemampuan peresapan air hujan/drainase di Blok S4 ini perlu dikembangkan ruang terbuka hijau dan perumahan/tata bangunan dengan BCR rendah.
3. Demografi
Perbedaan karakteristik baik secara fisik maupun non fisik pada setiap kelurahan menyebabkan penyebaran penduduk tidak sama pada setiap kelurahan. Jumlah penduduk Kecamatan Ciledug pada tahun 2006 sebanyak 94.771 jiwa.
Jumlah tersebut tersebar di 8 kelurahan yang ada di Kecamatan Ciledug. Kelurahan Sudimara Jaya menjadi kelurahan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak, yakni sebesar 16.521 jiwa atau 17 % dari Jumlah penduduk Kecamatan Ciledug.
Dari segi pertumbuhan penduduk dalam 4 tahun terakhir jumlah penduduk Kecamatan Ciledug mengalami pertumbuhan yang tidak signifikan. Jumlah penduduk Kec. Ciledug pada tahun 2006 sebanyak 94.771 jiwa, jumlah ini hanya mengalami peningkatan sebesar 642 jiwa atau 0,67 % dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2002 sebanyak 95.129 jiwa.
Jumlah penduduk yang tidak sama dan faktor luas wilayah menyebabkan distribusi kepadatan penduduk tidak merata di setiap kelurahan di Kecamatan Ciledug. Kepadatan Penduduk Kecamatan Ciledug pada tahun 2006 adalah 110 jiwa/Ha. Angka ini menunjukan bahwa Kecamatan Ciledug merupakan kawasan padat penduduk. Jika dilihat berdasarkan kelurahan yang ada, Kelurahan Sudimara Jaya merupakan kelurahan terpadat di Kecamatan Ciledug dengan tingkat kepadatan sebesar 203 jiwa/ha, sedangkan kelurahan dengan kepadatan terendah ada pada kelurahan Paninggilan Selatan dengan tingkat kepadatan sebesar 73 jiwa/ha.
4. Arahan Struktur Ruang
Struktur kegiatan yang akan dikembangkan di Kecamatan Ciledug berdasarkan arahan revisi RTRW Kota Tangerang Tahun 2000-2010 adalah sebagai perumahan menengah kecil. Kecamatan Ciledug mepunyai kecenderungan pola perkembangan yang memusat pada suatu daerah dan pola “memita”mengikuti jalur jalan regional yaitu: sepanjang koridor Jl. Cokroaminoto, Jl. Raden Fatah, Jl. Ciptomangunkusumo. Oleh karena itu, konsep pengembangan tata ruang wilayah disusun menggunakan konsep “Multy Nucleid” yang akan mengarahkan perkembangan lebih merata dan tidak terpusat.
Struktur ruang suatu wilayah dipengaruhi oleh pola jaringan jalan, lokasi pusat kegiatan serta penggunaan lahan lainnya. Pembentuk struktur ruang utama di Kecamatan Ciledug adalah Jalan Raden Fatah. Bila wilayah perencanaan dilihat secara keseluruhan maka akan terlihat bahwa wilayah Kecamatan Ciledug terbagi dua yaitu bagian Barat dan bagian Timur Jalan Raden Fatah. Sedangkan dengan adanya jalan Ciptomangunkusumo menyebabkan Kecamatan Ciledug terbagi atas 3 bagian yaitu bagian Utara, Timur dan Barat. Akses yang sangat baik dari ke tiga jaringan jalan tersebut menyebabkan kawasan perdagangan berkembang di sepanjang koridor jalan tersebut. Konsentrasi kegiatan perdagangan di sepanjang jaringan jalan Cokroaminoto dan Jalan Raden Fatah tersebut menimbulkan banyak masalah terutama tata bangunan yang tidak tertata dan kemacetan lalu lintas.
Berdasarkan hasil konsep dan strategi pengembangan, Kecamatan Ciledug dibagi menjadi 3 Sub Bagian Wilayah Kota (Sub BWK), yang terdiri dan Sub BWK Utara, Timur dan Selatan, dengan rincian sebagai berikut:
1. Sub BWK Utara
Blok Utara terdiri dari unit lingkungan blok U1 sampai U4, merupakan bagian dari wilayah administrasi Kelurahan Tajur dan Kelurahan Sudimara Selatan, Dominasi kegiatan perumahan dan perdagangan di sepanjang Jalan Raden Fatah di bagian timur dan Jalan Kebon Kacang di bagian Selatan
2. Sub BWK Selatan
Blok Selatan terdiri dari unit lingkungan blok S1 sampai S4, merupakan bagian wilayah administrasi Kelurahan Parung Serab dan Kelurahan Paninggilan. Sub BWK Selatan dibatasi Kabupaten Tangerang di bagian Selatan, dan Barat, Kecamatan Larangan di bagian Timur, sedangkan di bagian Utara di batasi oleh Jalan Pondok Kacang dan Ciptomangunkusumo.
3. Sub BWK Timur
Blok Timur terdiri dari unit lingkungan blok T1 sampai T6, merupakan bagian wilayah administrasi Kelurahan Parung Sudimara Barat, Sudimara Jaya, Sudimara Timur, dan Kelurahan Paninggilan Utara. Sub BWK Timur dibatasi Jalan Ciptomangunkusumo di bagian Selatan, Jalan Raden Fatah di bagian Barat, Jl Cokroaminoto di bagian Utara dan Kecamatan Larangan di bagian Timur.
Struktur Pusat-pusat pelayanan yang akan dikembangkan didasarkan atas upaya mengurangi problematika yang terjadi di sepanjang koridor jalan Cokroaminoto, Ciptomangunkusumo dan Jalan Raden Fatah. Terdapat kecenderungan perkembangan kegiatan jasa dan perdagangan yang sangat kuat di jalan Cokroaminoto dan Jalan Raden Fatah, oleh karena itu kedua koridor jalan tersebut dapat diarahkan sebagai lokasi kegiatan jasa perdagangan dengan pengaturan tata bangunan dan landscape yang memadai. Jalan Ciptomangunkusumo diarahkan sebagai kawasan perkantoran, pemerintahan dan fasilitas sosial, walaupun upaya ini relatif agak sulit karena terdapat kecenderungan yang kuat perkembangan kawasan perdagangan di Koridor jalan ini, namun dengan upaya insentif dan disinsentif diharapkan koridor Jalan Cipto dapat diarahkan perkembangannya sebagai kawasan perkantoran. Pusat Kecamatan sebagai pusat pemerintahan tetap menempati lokasinya di jalan Cokroaminoto, namun demikian mengingat permasalahan kemacetan lalu lintas di kawasan tersebut perlu diupayakan pemindahan kawasan pemerintahan tersebut ke kawasan perkantoran di Jalan Ciptomangunkusumo.
Dengan perkembangan kegiatan perdagangan yang demikian kuat di Koridor Jalan Cokro, Raden Fatah, Jalan Raya Jombang, Ciptomangukusumo, dan Kebon Kacang menyebabkan Kecamatan Ciledug memiliki pusat kegiatan yang cenderung memita di sepanjang jaringan jalan utama, kondisi tersebut tentu akan menimbulkan permasalahan lalu lintas karena penduduk akan berorientasi ke jalan-jalan utama, oleh karena itu pusat-pusat kegiatan perlu diarahkan lebih ke “dalam” kecamatan yaitu di pusat-pusat Blok Permukiman. Dengan demikian diperlukan pengembangan 14 sub pusat pengembangan dengan kegiatan utama perdagangan skala lingkungan serta kegiatan sosial skala lingkungan seperti pendidikan, olah raga, taman rekreasi, kesehatan dsb.
5. Rencana Penggunaan Lahan
Kebijakan pemanfaatan ruang yang telah digariskan dalam Dokumen RTRW Kota Tangerang Tahun 2000 -2010 mengarahkan Kecamatan Ciledug sebagai kawasan perumahan skala kecil dan menengah. Sedangkan peruntukan kawasan komersial perdagangan dan jasa dialokasikan di sepanjang Jl. Cokroaminoto dan Jalan Raden Fatah serta jalan-jalan utama lainnya.
Rencana penggunaan lahan merupakan gambaran optimalisasi pemanfaatan setiap bagian lahan di kawasan perencanaan secara terarah untuk dapat memiliki nilai ekonomis yang tinggi dengan pertimbangan fungsi dan peranan kawasan, efesiensi lahan, efektifitas pengembangan serta pertimbangan aspek lingkungan.
Rencana penggunaan lahan di kawasan perencanaan merupakan gambaran sektoral dalam matra ruang, oleh karena itu rencana penggunaan lahan di Kecamatan Ciledug dibentuk berdasarkan komponen-komponen:
v Arahan kebijaksanaan Struktur Ruang dan Alokasi Pemanfaatan Lahan Kota Tangerang
v Analisis dan pembentukan struktur ruang dan kegiatan kawasan perencanaan
v Analisis pola penggunaan lahan dan kecenderungan pemanfaatan ruang
v Analisis daya dukung lahan dan lingkungan kawasan perencanaan
Konsep rencana penggunaan lahan di Kecamatan Ciledug didasarkan pada pola pemanfaatan lahan saat ini, kecenderungan perkembangan serta arahan dari rencana yang lebih tinggi, yaitu RTRW Kota Tangerang. Arahan RTRW Kota Tangerang sesuai dengan potensi dan kecenderungan perkembangan saat ini yaitu sebagai wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Tangerang dan menjadi bagian dari Kota Tangerang. Kecamatan Ciledug berada diantara dua wilayah sehingga mendapat limpahan penduduk dari kedua wilayah tersebut. Konsep penggunaan lahan di wilayah perencanaan adalah menjadikan Kecamatan Ciledug sebagai kawasan perumahan teratur dan tertata baik dengan segala sarana dan prasarana penunjang perumahan yang dibutuhkan. Kecamatan Ciledug diharapkan dapat menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi penduduk setempat ataupun para komuter yang bekerja di Jakarta.
Sepanjang koridor Jl. Cokroaminoto dan Jalan Raden Fatah ditetapkan sebagai kawasan perdagangan dan jasa pada RTRW Kota Tangerang, sesuai dengan kondisi saat ini. Penataan bangunan dan pengaturan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sangat diperlukan, sehingga kawasan ini lebih teratur. Intensitas lahan dan bangunan masih dapat ditingkatkan serta tempat parkir pada lahan pertokoan perlu disediakan.
Untuk memperjelas gambaran rencana pemanfaatan lahan pada masing-masing blok perencanaan, pengembangannya adalah sebagal berikut::
1. Sub BWK Utara
Sub BWK Utara memiliki fungsi dominant perumahan di bagian dalam blok dan kegiatan jasa dan perdagangan di sepanjang jalan Raden Fatah di bagian Timur dan Cokroaminoto di Bagian Utara. Terdapat beberapa perumahan besar di Sub BWK Utara ini yaitu Perumahan Tajur, Perumahan Puri Kartika dan Perumahan Griya Kencana. Di Beberapa bagian kawasan terdapat lahan kososng yang potensial untuk dikembangkan sebagai perumahan dengan kepadatan rendah. Akses jalan dari Sub BWK Utara umumnya adalah ke Jalan Pondok Kacang di bagian Selatan, Jalan Raden Fatah di bagian Timur dan Cokroaminoto di bagian Utara.
Sub BWK Utara ini memiliki beberapa masalah yaitu kepadatan bangunan perumahan yang cukup tinggi terutama di perkampungan, kemacetan lalu lintas di sepanjang jalan Raden Fatah dan Cokroaminoto, tingkat pelayanan utilitas yang sangat rendah dan permasalahan banjir karena terbatasnya sistem drainase. Perlu upaya meningkatkan kualitas lingkungan melalui penataan perkampungan, pembangunan open space/taman/hutan kota, perencanaan pembangunan perumahan dengan kepadatan rendah, penataan jaringan jalan lalu lintas, penataan sempadan sungai serta pengembangan pelayanan utilitas kota khususnya air bersih, pengelolaan limbah dan sampah.
2. Sub BWK Timur
Sub BWK Timur memiliki fungsi dominant perumahan di bagian dalam blok dan kegiatan jasa dan perdagangan di sepanjang jalan Raden Fatah di bagian Barat dan Cokroaminoto di Bagian Utara. Terdapat beberapa perumahan besar di Sub BWK Timur ini yaitu Perumahan Griya Kencana, Perumahan Peruri. Di sebagian kecil kawasan terdapat lahan kosong yang potensial untuk dikembangkan sebagai perumahan dengan kepadatan rendah. Akses jalan dari Sub BWK Timur umumnya adalah ke Jalan Ciptomangunkusumo di bagian Selatan, Jalan Raden Fatah di bagian Barat dan Cokroaminoto di bagian Utara.
Sub BWK Timur ini memiliki beberapa masalah yaitu kepadatan bangunan perumahan yang cukup tinggi terutama di perkampungan, kemacetan lalu lintas di sepanjang jalan Raden Fatah dan Cokroaminoto, tingkat pelayanan utilitas yang sangat rendah dan permasalahan banjir karena terbatasnya sistem drainase. Perlu upaya meningkatkan kualitas lingkungan melalui penataan perkampungan, pembangunan open space/taman/hutan kota, perencanaan pembangunan perumahan dengan kepadatan rendah, penataan jaringan jalan lalu lintas, penataan sempadan sungai serta pengembangan pelayanan utilitas kota khususnya air bersih, pengelolaan limbah dan sampah.
3. Sub BWK Selatan
Sub BWK Selatan memiliki fungsi dominant perumahan di bagian dalam blok dan kegiatan jasa dan perdagangan di sepanjang jalan Raden Fatah di bagian Timur dan Ciptomangunkusumo di Bagian Utara. Terdapat beberapa perumahan besar di Sub BWK Selatan ini yaitu Perumahan Paninggilan Permai, Perumahan Kimia Farma dan P dan K dan Perumahan Japos. Di Beberapa bagian kawasan terdapat lahan kosong yang potensial untuk dikembangkan sebagai perumahan dengan kepadatan rendah. Akses jalan dari Sub BWK Selatan umumnya adalah ke Jalan Pondok Kacang Raden Fatah dan Ciptomangunkusumo di bagian Utara, Jalan Setiabudhi di bagian Barat dan selatan.
Sub BWK Selatan ini memiliki beberapa masalah yaitu kepadatan bangunan perumahan yang cukup tinggi terutama di perkampungan, tingkat pelayanan utilitas yang sangat rendah dan permasalahan banjir karena terbatasnya sistem drainase. Perlu upaya meningkatkan kualitas lingkungan melalui penataan perkampungan, pembangunan open space/taman/hutan kota, perencanaan pembangunan perumahan dengan kepadatan rendah, penataan jaringan jalan lalu lintas, penataan sempadan sungai serta pengembangan pelayanan utilitas kota khususnya air bersih, pengelolaan limbah dan sampah.