Paskibra Kecamatan Ciledug

Label:




PPRD adalah Paguyuban Paskibraka Rayon Dua (Kecamatan.Ciledug) Kota Tangerang dimana ini adalah suatu wadah atau organisasi para Purna Paskibraka khususnya di Kota Tangerang Provinsi BANTEN..
Ada pula maksud dan tujuannya blog ini di buat tidak lain dan tidak bukan hanya untuk memberikan infomasi terhangat tentang Paskibra Kota Tangerang khususnya rayon dua kecamatan ciledug, dan untuk mempererat tali persaudaraan sesama anggota atau purna paskibraka yang lain di seluruh penjuru di indonesia.

Kecamatan Ciledug
1. Wilayah Admininistrasi
Wilayah Kecamatan Ciledug memiliki luas wilayah sekitar  975 Ha. Secara administratif, Kecamatan Ciledug berbatasan dengan  :
  • Sebelah Barat : Kecamatan Pinang.
  • Sebelah Timur : Kecamatan Larangan
  • Sebelah Utara : Kecamatan Karang Tengah.
  • Sebelah Selatan : Kecamatan Pondok Aren Kab. Tangerang.
Kecamatan ciledug terdiri dari 8 Kelurahan yaitu : Kelurahan Parung Serab, Sudimara Barat, Sudimara Timur, Sudimara Selatan, Sudimara Jaya, Paninggilan, Paninggilan Utara, Tajur.
2. Kondisi Fisik dan Hidrologi
Kecamatan Ciledug terletak pada lahan dataran dengan ketinggian topografi antara 15 dpl hingga 21 dpl. Di bagian utara kecamatan umumnya ketinggian lahan berkisar antara 15 hingga 16 meter sedangkan di bagian tengah berkisar antara 16- 17 meter dan dibagian selatan ketinggian lahan berkisar antara 18 hingga 21 meter dpl.   Berdasarkan analisis terhadap kondisi topografi tersebut, Kecamatan Ciledug memiliki kemiringan lereng kurang dari 5 %, berdasarkan criteria dari Maberry kemiringan lahan kurang dari 5 persen tersebut cukup sesuai bagi pengembangan permukiman dan perkotaan.
Disamping memiliki kesesuaian secara topografis, Kecamatan Ciledug juga cukup sesuai dikembangkan sebagai kawasan perkotaan ditinjau dari jenis tanah yang umumnya adalah latosol, podsolik merah kuning dan andosol. Jenis tanah tersebut umumnya cukup permebel dan stabil, sehingga cukup baik dalam meresapkan air hujan dan memiliki kestabilan dalam pondasi bangunan.
Lokasi yang menjadi limitasi bagi pengembangan perkotaan adalah di sepanjang sempadan sungai-sungai yang mengalir di Kecamatan Ciledug seperti Kali Angke, Kali Sarua, Kali Wetan, Kali Pasanggrahan dan Kali Jibris. Sungai-sungai tersebut merupakan elemen ruang yang cukup penting di Kecamatan Ciledug karena disamping sebagai badan air/hidrologi juga berfungsi sebagai elemen landscape yang potensial untuk dikembangkan. Umumnya kali-kali tersebut mengalir dari Selatan ke Utara. Pada saat  musim hujan debit air di sungai-sungai tersebut umumnya meningkat tajam dan sering menimbulkan banjir khususnya di sekitar Kali Angke, Kali Sarua dan Kali  Wetan.
Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi fisik dasar menurut Blok adalah sebagai berikut :
Blok B1
Kondisi topografi di blok B1 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara sekitar 18 m dpl dan di bagian selatan sekitar 20 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 2 hingga 4 %. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi banjir/genangan di bagian utara perumahan Tajur. Dibagian Timur dan Utara terdapat  Kali Angke yang memiliki debit air cukup besar di musim hujan khususnya pada siklus 5 tahunan.
Ketinggian air sungai pada musim hujan umumnya lebih tinggi dibandingkan ketinggian lahan, sehingga sering menimbulkan bencana banjir.  Upaya untuk menghindari banjir dilakukan dengan membangun tanggul penahan banjir serta penyediaan pompa drainase.
Upaya mitigasi bencana banjir perlu dilakukan di blok ini dengan membangun tandon air dan mengembangkan bangunan/perumahan susun/apartemen dengan BCR/KDB rendah sehingga memiliki lahan yang cukup bagi daerah hijau yang dapat berfungsi resapan air.
Blok B2
Blok B2 merupakan  dataran dengan ketinggian lahan berkisar antara 18 hingga 20 m dpl dengan kemiringan rata-rata kurang dari 5%. Kondisi kemiringan demikian cukup sesuai bagi pengembangan perkotaan.  Dibagian Timur dan Barat  Blok  B2 merupakan lahan yang cukup rawan banjir sehingga perlu dikembangkan bangunan bertingkat berupa rumah susun atau apartemen serta pengembangan tandon air,  sempadan sungai dan ruang terbuka hijau sebagai daerah resapan air.
Blok B3
Kondisi topografi di blok B3 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara Blok sekitar 15 m dpl dan di bagian selatan sekitar 18 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 1 hingga 4 %. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi banjir khusunya di bagian timur Kali Angke. Untuk menghindari banjir perlu dilakukan normalisasi sungai dan peningkatan tanggul.  Perlu dikembangkan jalur hijau sepanjang sempadan kali angke dan pengembangan perumahan dengan BCR rendah.
Blok B4
Kondisi topografi di blok B2 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara Blok sekitar 19 m dpl dan di bagian selatan sekitar 21 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 1 hingga 3 %. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi banjir/genangan di bagian selatan jalan Puri Kartika 4 dan lahan kosong di bagian timur Kali Wetan. Di bagian Barat Blok  B2 terdapat  Kali Wetan yang  berpotensi menimbulkan banjir pada musim hujan.  Upaya mitigasi bencana banjir perlu dilakukan di blok ini dengan membangun tandon air dan mengembangkan bangunan/perumahan susun/apartemen dengan BCR/KDB rendah serta ruang terbuka hijau sebagai daerah resapan air.
Blok T1
Blok T1 merupakan pusat Kecamatan Ciledug yang terletak di bagian Utara Kecamatan, memiliki ketinggian antara 15 m dpl di bagian utara dan di bagian selatan sekitar 20 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 0 hingga 4 %.   Terdapat  Kali  Pasanggrahan yang  berpotensi sebagai elemen landscape dan sumber baku air bersih, disamping memiliki potensi kali pesanggrahan juga berpotensi menimbulkan banjir di musim hujan. Perlu dikembangkan sempadan bangunan di kiri kanan sungai yang dapat berfungsi sebagai jalur hijau dan jalan inspeksi/mitigasi bencana. Untuk meningkatkan kemampuan peresapan air hujan/drainase di Blok T1 perlu dikembangkan perumahan/tata bangunan dengan BCR rendah.
Blok T2
Kondisi topografi di blok T1 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara Blok sekitar 15 m dpl dan di bagian selatan sekitar 18 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 1 hingga 4 %. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi genangan di bagian tengah Blok T1, perlu upaya pengembangan infrastruktur drainase serta pengembangan daerah resapan air untuk mengatasi genangan.   Untuk meningkatkan kemampuan peresapan air hujan/drainase di Blok T2 perlu dikembangkan perumahan/tata bangunan dengan BCR rendah.
Blok T3
Blok T3 terletak dibagian Utara Kecamatan Ciledug memiliki topografi datar kurang dari 5%, kondisi tersebut disamping berpotensi bagi pengembangan perkotaan juga dapat berpotensi genangan pada musim hujan. Ketinggian lahan di Blok T3 antara  16 hingga 17 m dpl. Dibagian Timur terdapat Kali Jibris yang berpotensi sebagai elemen landscape.  Di samping memiliki potensi,  kali Jibris juga berpotensi menimbulkan banjir di musim hujan. Perlu dikembangkan sempadan bangunan di kiri kanan sungai yang dapat berfungsi sebagai jalur hijau dan jalan inspeksi/mitigasi bencana. Untuk meningkatkan kemampuan peresapan air hujan/drainase di Blok T3 perlu dikembangkan perumahan/tata bangunan dengan BCR rendah.
Blok T4
Kondisi topografi di blok T4 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara Blok T4 sekitar 18 m dpl dan di bagian selatan ketinggian lahan sekitar 20 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 0 hingga 5 %. Kondisi hidrologi di Blok ini cukup burukk karena tidak terdapat sungai yang dapat berfungsi sebagai saluran drainase primer, serta  air tanah dangkal yang berfungsi sebagai sumber air bersih memiliki kualitas yang kurang baik, sehingga membutuhkan suplai air perpipaan dari PDAM untuk mengatasi rendahnya kualitas air bersih yang ada. Di Blok T4 juga  terdapat beberapa cekungan yang berpotensi banjir/genangan di bagian tengah blok.  Upaya mengurangi potensi genangan perlu dilakukan di blok ini dengan mengembangkan bangunan/perumahan susun  dengan BCR/KDB rendah sehingga memiliki lahan yang cukup bagi daerah hijau yang dapat berfungsi resapan air.
Blok T5
Blok T5 terletak di bagian Utara jalan Ciptomangunkusumo, kondisi topografi di blok T5 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara Blok sekitar 15 m dpl dan di bagian selatan sekitar 18 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 1 hingga 4 %. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi genangan di bagian tengah Blok T5, perlu upaya pengembangan infrastruktur drainase serta pengembangan daerah resapan air untuk mengatasi genangan.   Untuk meningkatkan kemampuan peresapan air hujan/drainase di Blok T5 perlu dikembangkan openspace/RTH atau hutan kota serta perumahan/tata bangunan dengan BCR rendah.
Blok T6
Kondisi topografi di blok T6 ini umumnya cukup datar dengan ketinggian di bagian utara Blok sekitar 17 m dpl dan di bagian selatan sekitar 20 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 1 hingga 4 %.  Di Blok T6 terdapat cukup luas lahan kosong dengan kondisi topografi yang datar. Kondisi lahan dengan kemiringan rendah tersebut berpotensi bagi pengembangan kawasan perumahan dan fungsi perkotaan lainnyaTerdapat beberapa cekungan yang berpotensi genangan di bagian Timur Blok T6 ini serta terdapatnya kali pesanggrahan, perlu upaya pengembangan infrastruktur drainase serta pengembangan daerah resapan air untuk mengatasi genangan.   Untuk meningkatkan kemampuan peresapan air hujan/drainase di Blok T6 perlu dikembangkan Ruang terbuka hijau dan perumahan/tata bangunan dengan BCR rendah.
Blok S1
Blok S1 terletak antara Jalan Setiabudhi dengan Jalan Raya Jombang. Blok S1 memiliki kondisi topografi  datar dengan ketinggian antara  18 hingga 20 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 0 hingga 4 %.  Kondisi lahan dengan kemiringan yang relative datar  tersebut berpotensi bagi pengembangan kawasan perumahan dan fungsi perkotaan lainnya, di sisi lain lahan datar tersbut juga berpotensi genangan apabila menanganan air hujan tidak dilakukan dengan baik. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi genangan di bagian tengah Blok S1 ini, perlu upaya pengembangan infrastruktur drainase serta pengembangan daerah resapan air untuk mengatasi genangan.   Untuk meningkatkan kemampuan peresapan air hujan/drainase di Blok S1 ini  perlu dikembangkan ruang terbuka hijau dan perumahan/tata bangunan dengan BCR rendah.
Blok S2
Blok S2 terletak di sebelah Timur jalan Raya Jombang serta di sebelah Selatan jalan Raya Ciptomangunkusumo. Blok S2 memiliki kondisi topografi  datar dengan ketinggian antara  17 hingga 21 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 0 hingga 5 %. Terdapat lahan kosong di bagian Utara Blok S2 yang berpotensi bagi pengembangan perumahan atau kawasan perkotaan lainnya.  Di bagian Timur terdapat Kali Pasanggrahan yang berpotensi genangan apabila menanganan air hujan tidak dilakukan dengan baik. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi genangan di bagian tengah Blok S2 ini, perlu upaya pengembangan infrastruktur drainase serta pengembangan daerah resapan air untuk mengatasi genangan.
Blok S3
Blok S3 terletak di sebelah Selatan jalan Raya Ciptomangunkusumo.  Blok S3 memiliki kondisi topografi  datar dengan ketinggian antara  18 hingga 21 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 0 hingga 5 %. Terdapat lahan kosong di bagian Utara Blok S2 yang berpotensi bagi pengembangan perumahan atau kawasan perkotaan lainnya.  Di bagian Barat terdapat Kali Pasanggrahan yang berpotensi sebagai elemen landscape perkotaan, disamping itu juga berpotensi menimbulkan banjir/genangan apabila menanganan air hujan tidak dilakukan dengan baik. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi genangan di bagian tengah Blok S3 ini, perlu upaya rehabilitasi/normalisasi Kali Pasanggrahan serta pengembangan infrastruktur drainase  untuk mengatasi genangan.
Blok S4
Blok S4 terletak  di sebelah Selatan jalan Ciptomangunkusumo. Blok S4 memiliki kondisi topografi  datar dengan ketinggian antara  17 hingga 20 m dpl, kemiringan lahan berkisar antara 0 hingga 4 %.  Kondisi lahan dengan kemiringan yang relative datar  tersebut berpotensi bagi pengembangan kawasan perumahan dan fungsi perkotaan lainnya, di sisi lain lahan datar tersbut juga berpotensi genangan apabila menanganan air hujan tidak dilakukan dengan baik. Terdapat beberapa cekungan yang berpotensi genangan di bagian timur Blok S4 ini, perlu upaya pengembangan infrastruktur drainase serta pengembangan daerah resapan air untuk mengatasi genangan.   Untuk meningkatkan kemampuan peresapan air hujan/drainase di Blok S4 ini  perlu dikembangkan ruang terbuka hijau dan perumahan/tata bangunan dengan BCR rendah.
3. Demografi
Perbedaan karakteristik baik secara fisik maupun non fisik pada setiap kelurahan menyebabkan penyebaran penduduk tidak sama pada setiap kelurahan. Jumlah penduduk Kecamatan Ciledug pada tahun 2006 sebanyak 94.771 jiwa.
Jumlah tersebut tersebar di 8 kelurahan yang ada di Kecamatan Ciledug. Kelurahan Sudimara Jaya menjadi kelurahan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak, yakni sebesar 16.521 jiwa atau 17 % dari Jumlah penduduk Kecamatan Ciledug.
Dari segi pertumbuhan penduduk dalam 4 tahun terakhir jumlah penduduk Kecamatan Ciledug mengalami pertumbuhan yang tidak signifikan.  Jumlah penduduk Kec. Ciledug pada tahun 2006 sebanyak 94.771 jiwa, jumlah ini hanya mengalami peningkatan sebesar 642 jiwa atau 0,67 % dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2002 sebanyak 95.129 jiwa.
Jumlah penduduk yang tidak sama dan faktor luas wilayah menyebabkan distribusi kepadatan penduduk tidak merata di setiap kelurahan di Kecamatan Ciledug. Kepadatan  Penduduk Kecamatan Ciledug pada tahun 2006 adalah 110 jiwa/Ha. Angka ini menunjukan bahwa Kecamatan Ciledug merupakan kawasan padat penduduk. Jika dilihat berdasarkan kelurahan yang ada, Kelurahan Sudimara Jaya merupakan kelurahan terpadat  di Kecamatan Ciledug dengan tingkat kepadatan sebesar 203 jiwa/ha, sedangkan kelurahan dengan kepadatan terendah  ada pada kelurahan Paninggilan Selatan  dengan tingkat kepadatan sebesar 73 jiwa/ha.
4. Arahan Struktur Ruang
Struktur kegiatan yang akan dikembangkan di Kecamatan Ciledug berdasarkan arahan revisi RTRW Kota Tangerang Tahun 2000-2010 adalah sebagai perumahan menengah kecil. Kecamatan Ciledug mepunyai kecenderungan pola perkembangan yang memusat pada suatu daerah dan pola “memita”mengikuti jalur jalan regional yaitu: sepanjang koridor Jl. Cokroaminoto, Jl. Raden Fatah, Jl. Ciptomangunkusumo. Oleh karena itu,  konsep pengembangan tata ruang wilayah disusun menggunakan konsep “Multy Nucleid” yang akan mengarahkan perkembangan lebih merata dan tidak terpusat.
Struktur ruang suatu wilayah dipengaruhi oleh pola jaringan jalan, lokasi pusat kegiatan serta penggunaan lahan lainnya. Pembentuk struktur ruang utama di Kecamatan Ciledug adalah Jalan Raden Fatah. Bila wilayah perencanaan dilihat secara keseluruhan maka akan terlihat bahwa wilayah Kecamatan Ciledug terbagi dua yaitu bagian Barat dan bagian Timur Jalan Raden Fatah.  Sedangkan dengan adanya jalan Ciptomangunkusumo menyebabkan Kecamatan Ciledug terbagi atas 3 bagian yaitu bagian Utara, Timur dan Barat. Akses yang sangat baik dari ke tiga jaringan jalan tersebut menyebabkan kawasan perdagangan berkembang di sepanjang koridor jalan tersebut. Konsentrasi kegiatan perdagangan di sepanjang jaringan jalan Cokroaminoto dan Jalan Raden Fatah tersebut menimbulkan banyak masalah terutama tata bangunan yang tidak tertata dan kemacetan lalu lintas.
Berdasarkan hasil konsep dan strategi pengembangan, Kecamatan Ciledug dibagi menjadi 3 Sub Bagian Wilayah Kota (Sub BWK), yang terdiri dan Sub BWK Utara, Timur dan Selatan, dengan rincian sebagai berikut:
1. Sub BWK Utara
Blok Utara terdiri dari unit lingkungan blok U1 sampai U4, merupakan bagian dari wilayah administrasi  Kelurahan Tajur dan Kelurahan Sudimara Selatan, Dominasi kegiatan perumahan dan perdagangan di sepanjang Jalan Raden Fatah di bagian timur dan Jalan Kebon Kacang di bagian Selatan
2. Sub BWK Selatan
Blok Selatan  terdiri dari unit lingkungan blok S1 sampai S4, merupakan bagian wilayah administrasi Kelurahan  Parung Serab dan Kelurahan Paninggilan. Sub BWK Selatan dibatasi Kabupaten Tangerang di bagian Selatan, dan Barat,  Kecamatan Larangan di bagian Timur, sedangkan di bagian Utara di batasi oleh Jalan Pondok Kacang dan Ciptomangunkusumo.
3. Sub BWK Timur
Blok Timur  terdiri dari unit lingkungan blok T1 sampai T6, merupakan bagian wilayah administrasi Kelurahan  Parung Sudimara Barat, Sudimara Jaya, Sudimara Timur,  dan Kelurahan Paninggilan Utara. Sub BWK Timur dibatasi Jalan Ciptomangunkusumo di bagian Selatan, Jalan Raden Fatah di bagian Barat, Jl Cokroaminoto di bagian Utara dan Kecamatan Larangan di bagian Timur.
Struktur Pusat-pusat pelayanan yang akan dikembangkan didasarkan atas upaya mengurangi problematika yang terjadi di sepanjang koridor jalan Cokroaminoto, Ciptomangunkusumo dan Jalan Raden Fatah. Terdapat kecenderungan perkembangan kegiatan jasa dan perdagangan yang sangat kuat di jalan Cokroaminoto dan Jalan Raden Fatah, oleh karena itu kedua koridor jalan tersebut dapat diarahkan sebagai lokasi kegiatan jasa perdagangan dengan pengaturan tata bangunan dan landscape yang memadai.  Jalan Ciptomangunkusumo diarahkan sebagai kawasan perkantoran, pemerintahan dan fasilitas sosial, walaupun upaya ini relatif agak sulit karena terdapat kecenderungan yang kuat perkembangan kawasan perdagangan di Koridor jalan ini, namun dengan upaya insentif dan disinsentif diharapkan koridor Jalan Cipto dapat diarahkan perkembangannya sebagai kawasan perkantoran. Pusat Kecamatan sebagai pusat pemerintahan tetap menempati lokasinya di jalan Cokroaminoto, namun demikian mengingat permasalahan kemacetan lalu lintas di kawasan tersebut perlu diupayakan pemindahan kawasan pemerintahan tersebut ke kawasan perkantoran di Jalan Ciptomangunkusumo.
Dengan perkembangan kegiatan perdagangan yang demikian kuat di Koridor Jalan Cokro, Raden Fatah, Jalan Raya Jombang, Ciptomangukusumo, dan Kebon Kacang menyebabkan Kecamatan Ciledug memiliki pusat kegiatan yang cenderung memita di sepanjang jaringan jalan utama, kondisi tersebut tentu akan menimbulkan permasalahan lalu lintas karena penduduk akan berorientasi ke jalan-jalan utama, oleh karena itu pusat-pusat kegiatan perlu diarahkan lebih ke “dalam” kecamatan yaitu di pusat-pusat Blok Permukiman. Dengan demikian diperlukan pengembangan 14 sub pusat pengembangan dengan kegiatan utama perdagangan skala lingkungan serta kegiatan sosial skala lingkungan seperti pendidikan, olah raga, taman rekreasi, kesehatan dsb.
5. Rencana Penggunaan Lahan
Kebijakan pemanfaatan ruang yang telah digariskan dalam Dokumen RTRW Kota Tangerang Tahun 2000 -2010 mengarahkan Kecamatan Ciledug sebagai kawasan perumahan skala kecil dan menengah. Sedangkan peruntukan kawasan komersial perdagangan dan jasa dialokasikan di sepanjang Jl. Cokroaminoto dan Jalan Raden Fatah serta jalan-jalan utama lainnya.
Rencana penggunaan lahan merupakan gambaran optimalisasi pemanfaatan setiap bagian lahan di kawasan perencanaan secara terarah untuk dapat memiliki nilai ekonomis yang tinggi dengan pertimbangan fungsi dan peranan kawasan, efesiensi lahan, efektifitas pengembangan serta pertimbangan aspek lingkungan.
Rencana penggunaan lahan di kawasan perencanaan merupakan gambaran sektoral dalam matra ruang, oleh karena itu rencana penggunaan lahan di Kecamatan Ciledug dibentuk berdasarkan komponen-komponen:
v Arahan kebijaksanaan Struktur Ruang dan Alokasi Pemanfaatan Lahan Kota Tangerang
v Analisis dan pembentukan struktur ruang dan kegiatan kawasan perencanaan
v Analisis pola penggunaan lahan dan kecenderungan pemanfaatan ruang
v Analisis daya dukung lahan dan lingkungan kawasan perencanaan
Konsep rencana penggunaan lahan di Kecamatan Ciledug didasarkan pada pola pemanfaatan lahan saat ini, kecenderungan perkembangan serta arahan dari rencana yang lebih tinggi, yaitu RTRW Kota Tangerang. Arahan RTRW Kota Tangerang sesuai dengan potensi dan kecenderungan perkembangan saat ini yaitu sebagai wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Tangerang dan menjadi bagian dari Kota Tangerang. Kecamatan Ciledug berada diantara dua wilayah sehingga mendapat limpahan penduduk dari kedua wilayah tersebut. Konsep penggunaan lahan di wilayah perencanaan adalah menjadikan Kecamatan Ciledug sebagai kawasan perumahan teratur dan tertata baik dengan segala sarana dan prasarana penunjang perumahan yang dibutuhkan. Kecamatan Ciledug diharapkan dapat menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi penduduk setempat ataupun para komuter yang bekerja di Jakarta.
Sepanjang koridor Jl. Cokroaminoto dan Jalan Raden Fatah ditetapkan sebagai kawasan perdagangan dan jasa pada RTRW Kota Tangerang, sesuai dengan kondisi saat ini. Penataan bangunan dan pengaturan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sangat diperlukan, sehingga kawasan ini lebih teratur. Intensitas lahan dan bangunan masih dapat ditingkatkan serta tempat parkir pada lahan pertokoan perlu disediakan.
Untuk memperjelas gambaran rencana pemanfaatan lahan pada masing-masing blok perencanaan, pengembangannya adalah sebagal berikut::
1. Sub BWK Utara
Sub BWK Utara memiliki fungsi dominant perumahan di bagian dalam blok dan kegiatan jasa dan perdagangan di sepanjang jalan Raden Fatah di bagian Timur dan Cokroaminoto di Bagian Utara. Terdapat beberapa perumahan besar di Sub BWK Utara ini yaitu Perumahan Tajur, Perumahan Puri Kartika dan Perumahan Griya Kencana.  Di Beberapa bagian kawasan terdapat lahan kososng yang potensial untuk dikembangkan sebagai perumahan dengan kepadatan rendah. Akses jalan dari Sub BWK Utara umumnya adalah ke Jalan Pondok Kacang di bagian Selatan, Jalan Raden Fatah di bagian Timur dan Cokroaminoto di bagian Utara.
Sub BWK Utara ini memiliki beberapa masalah yaitu kepadatan bangunan perumahan yang cukup tinggi terutama di perkampungan, kemacetan lalu lintas di sepanjang jalan Raden Fatah dan Cokroaminoto, tingkat pelayanan utilitas yang sangat rendah dan permasalahan banjir karena terbatasnya sistem drainase. Perlu upaya meningkatkan kualitas lingkungan melalui penataan perkampungan, pembangunan open space/taman/hutan kota, perencanaan pembangunan perumahan dengan kepadatan rendah, penataan jaringan jalan lalu lintas, penataan sempadan sungai serta pengembangan pelayanan utilitas kota khususnya air bersih, pengelolaan limbah dan sampah.
2. Sub BWK Timur
Sub BWK Timur memiliki fungsi dominant perumahan di bagian dalam blok dan kegiatan jasa dan perdagangan di sepanjang jalan Raden Fatah di bagian Barat dan Cokroaminoto di Bagian Utara. Terdapat beberapa perumahan besar di Sub BWK Timur ini yaitu Perumahan Griya Kencana, Perumahan Peruri.  Di sebagian kecil kawasan terdapat lahan kosong yang potensial untuk dikembangkan sebagai perumahan dengan kepadatan rendah. Akses jalan dari Sub BWK Timur umumnya adalah ke Jalan Ciptomangunkusumo di bagian Selatan, Jalan Raden Fatah di bagian Barat dan Cokroaminoto di bagian Utara.
Sub BWK Timur ini memiliki beberapa masalah yaitu kepadatan bangunan perumahan yang cukup tinggi terutama di perkampungan, kemacetan lalu lintas di sepanjang jalan Raden Fatah dan Cokroaminoto, tingkat pelayanan utilitas yang sangat rendah dan permasalahan banjir karena terbatasnya sistem drainase. Perlu upaya meningkatkan kualitas lingkungan melalui penataan perkampungan, pembangunan open space/taman/hutan kota, perencanaan pembangunan perumahan dengan kepadatan rendah, penataan jaringan jalan lalu lintas, penataan sempadan sungai serta pengembangan pelayanan utilitas kota khususnya air bersih, pengelolaan limbah dan sampah.
3. Sub BWK Selatan
Sub BWK Selatan memiliki fungsi dominant perumahan di bagian dalam blok dan kegiatan jasa dan perdagangan di sepanjang jalan Raden Fatah di bagian Timur dan Ciptomangunkusumo di Bagian Utara. Terdapat beberapa perumahan besar di Sub BWK Selatan ini yaitu Perumahan Paninggilan Permai, Perumahan Kimia Farma dan P dan K dan Perumahan Japos.  Di Beberapa bagian kawasan terdapat lahan kosong yang potensial untuk dikembangkan sebagai perumahan dengan kepadatan rendah. Akses jalan dari Sub BWK Selatan umumnya adalah ke Jalan Pondok Kacang Raden Fatah dan Ciptomangunkusumo di bagian Utara, Jalan Setiabudhi di bagian Barat dan selatan.
Sub BWK Selatan ini memiliki beberapa masalah yaitu kepadatan bangunan perumahan yang cukup tinggi terutama di perkampungan, tingkat pelayanan utilitas yang sangat rendah dan permasalahan banjir karena terbatasnya sistem drainase. Perlu upaya meningkatkan kualitas lingkungan melalui penataan perkampungan, pembangunan open space/taman/hutan kota, perencanaan pembangunan perumahan dengan kepadatan rendah, penataan jaringan jalan lalu lintas, penataan sempadan sungai serta pengembangan pelayanan utilitas kota khususnya air bersih, pengelolaan limbah dan sampah.

Video tutorial 3D maxs

Label:

Video Tutorial 3D Maxs

3DS MAX- Basic Tutorial 01- Perkenalan Interface-Bahasa Indonesia




3ds Max Tutorial-Cara mudah menggunakan Vray-Bahasa Indonesia



3DSMax- Tutorial 14-Animasi Ars 105-Animasi mobil sederhana- Bahasa Indonesia



Punokawan : Ono Line



Punokawan : Wajan opo Satelit ?






Flowchart

Label:

Artikel ini adalah tentang jenis diagram. Untuk "Bagan Arus" menulis puisi, lihat Ashbery Yohanes.
Sebuah flowchart sederhana yang mewakili suatu proses untuk berurusan dengan lampu tidak berfungsi.

Flowchart adalah jenis diagram yang merepresentasikan sebuah algoritma atau proses, menunjukkan langkah-langkah sebagai kotak dari berbagai jenis, dan pesanan mereka dengan menghubungkan ini dengan panah. Representasi diagram dapat memberikan solusi langkah-demi-langkah untuk masalah tertentu. Operasi proses direpresentasikan dalam kotak-kotak, dan panah menghubungkan mereka mewakili aliran kontrol. Data arus tidak biasanya direpresentasikan dalam diagram alur, berbeda dengan diagram aliran data, melainkan, mereka yang tersirat oleh urutan operasi. Flowchart digunakan dalam menganalisis, merancang, mendokumentasikan atau mengelola proses atau program di berbagai bidang.


Tinjauan

Flowchart digunakan dalam merancang dan mendokumentasikan proses kompleks. Seperti jenis diagram, mereka membantu memvisualisasikan apa yang terjadi dan dengan demikian membantu pengunjung untuk memahami proses, dan mungkin juga menemukan kekurangan, kemacetan, dan lainnya yang kurang jelas fitur di dalamnya. Ada berbagai jenis diagram alur, dan setiap jenis memiliki repertoar sendiri kotak dan konvensi penulisan. Kedua paling umum jenis kotak dalam diagram alur adalah:

     langkah pengolahan, biasanya disebut aktivitas, dan dilambangkan sebagai kotak persegi panjang
     keputusan, biasanya dinotasikan sebagai berlian.

Sebuah flowchart digambarkan sebagai "lintas-fungsional" saat halaman dibagi menjadi swimlanes berbeda menggambarkan kontrol dari unit organisasi yang berbeda. Sebuah simbol muncul dalam "jalur" tertentu dalam kontrol dari unit organisasi. Teknik ini memungkinkan penulis untuk menemukan tanggung jawab untuk melakukan tindakan atau membuat keputusan dengan benar, menunjukkan tanggung jawab setiap unit organisasi untuk bagian yang berbeda dari sebuah proses tunggal.

Flowchart menggambarkan aspek-aspek tertentu dari proses dan mereka biasanya dilengkapi dengan jenis lain diagram. Misalnya, Kaoru Ishikawa diagram alur didefinisikan sebagai salah satu dari tujuh alat dasar kontrol kualitas, di samping histogram, diagram Pareto, check sheet, peta kendali, sebab-akibat diagram, dan diagram pencar. Demikian pula, dalam UML, notasi-konsep pemodelan standar yang digunakan dalam pengembangan perangkat lunak, diagram aktivitas, yang merupakan jenis flowchart, hanyalah salah satu dari banyak jenis diagram yang berbeda.

Nassi-Shneiderman diagram merupakan notasi alternatif untuk aliran proses.

Nama lain yang umum termasuk: flowchart, diagram alir proses, diagram alir fungsional, peta proses, diagram proses, bagan proses fungsional, model proses bisnis, model proses, diagram alir proses, diagram alur kerja, diagram aliran bisnis.


Sejarah
Metode terstruktur pertama untuk mendokumentasikan aliran proses, "aliran proses grafik", diperkenalkan oleh Frank Gilbreth kepada anggota American Society of Mechanical Engineers (ASME) pada tahun 1921 dalam presentasi "Proses Charts-Langkah Pertama di Menemukan One Way Terbaik ". Alat Gilbreth dengan cepat menemukan cara mereka ke dalam kurikulum teknik industri. Pada awal 1930-an, seorang insinyur industri, Allan H. Mogensen mulai melatih orang-orang bisnis dalam penggunaan beberapa alat teknik industri di Konferensi Kerja Penyederhanaan di Lake Placid, New York.
Lulusan 1944 kelas Mogensen 's, Seni Spinanger, mengambil alat kembali ke Procter and Gamble di mana dia mengembangkan Program disengaja mereka Metode Ubah. Lulusan lain 1944, Ben S. Graham, Direktur Teknik Formcraft di Standard Daftar Industri, mengadaptasi diagram alir proses pengolahan informasi dengan perkembangan dari bagan aliran multi-proses untuk menampilkan beberapa dokumen dan hubungan mereka. [2] Pada tahun 1947, ASME mengadopsi serangkaian simbol yang berasal dari karya asli Gilbreth sebagai Standar ASME untuk Proses Charts.
Douglas Hartree menjelaskan bahwa Herman Goldstine dan John von Neumann mengembangkan diagram alur (awalnya, diagram) untuk merencanakan program komputer. [3] akun kontemporer-Nya didukung oleh insinyur IBM [4] dan oleh kenangan pribadi Goldstine itu. [5] pemrograman asli aliran grafik dari Goldstine dan von Neumann dapat dilihat dalam laporan tidak diterbitkan mereka, "Perencanaan dan pengkodean masalah bagi alat komputasi elektronik, Bagian II, Volume 1" (1947), yang direproduksi dalam karya von Neumann dikumpulkan [6].
Flowchart digunakan untuk menjadi sarana populer untuk menggambarkan algoritma komputer dan masih digunakan untuk tujuan ini. [7] teknik modern seperti UML diagram aktivitas dapat dianggap sebagai perpanjangan dari diagram alur. Pada 1970-an popularitas diagram alur sebagai metode sendiri menurun ketika interaktif terminal komputer dan generasi ketiga bahasa pemrograman menjadi alat umum perdagangan, karena algoritma dapat dinyatakan jauh lebih ringkas sebagai kode sumber dalam bahasa tersebut, dan juga karena merancang algoritma dengan diagram alur lebih mungkin untuk menghasilkan kode spaghetti karena kebutuhan untuk gotos untuk menggambarkan melompat sewenang-wenang dalam aliran kontrol. Seringkali pseudo-kode yang digunakan, yang menggunakan idiom umum bahasa tersebut tanpa benar-benar berpegang pada rincian tertentu one.Overview
Flowchart digunakan dalam merancang dan mendokumentasikan proses kompleks. Seperti jenis diagram, mereka membantu memvisualisasikan apa yang terjadi dan dengan demikian membantu pengunjung untuk memahami proses, dan mungkin juga menemukan kekurangan, kemacetan, dan lainnya yang kurang jelas fitur di dalamnya. Ada berbagai jenis diagram alur, dan setiap jenis memiliki repertoar sendiri kotak dan konvensi penulisan. Kedua paling umum jenis kotak dalam diagram alur adalah:

    
langkah pengolahan, biasanya disebut aktivitas, dan dilambangkan sebagai kotak persegi panjang
    
keputusan, biasanya dinotasikan sebagai berlian.
Sebuah flowchart digambarkan sebagai "lintas-fungsional" saat halaman dibagi menjadi swimlanes berbeda menggambarkan kontrol dari unit organisasi yang berbeda. Sebuah simbol muncul dalam "jalur" tertentu dalam kontrol dari unit organisasi. Teknik ini memungkinkan penulis untuk menemukan tanggung jawab untuk melakukan tindakan atau membuat keputusan dengan benar, menunjukkan tanggung jawab setiap unit organisasi untuk bagian yang berbeda dari sebuah proses tunggal.
Flowchart menggambarkan aspek-aspek tertentu dari proses dan mereka biasanya dilengkapi dengan jenis lain diagram. Misalnya, Kaoru Ishikawa diagram alur didefinisikan sebagai salah satu dari tujuh alat dasar kontrol kualitas, di samping histogram, diagram Pareto, check sheet, peta kendali, sebab-akibat diagram, dan diagram pencar. Demikian pula, dalam UML, notasi-konsep pemodelan standar yang digunakan dalam pengembangan perangkat lunak, diagram aktivitas, yang merupakan jenis flowchart, hanyalah salah satu dari banyak jenis diagram yang berbeda.
Nassi-Shneiderman diagram merupakan notasi alternatif untuk aliran proses.
Nama lain yang umum termasuk: flowchart, diagram alir proses, diagram alir fungsional, peta proses, diagram proses, bagan proses fungsional, model proses bisnis, model proses, diagram alir proses, diagram alur kerja, diagram aliran bisnis.


Flowchart blok bangunan[Sunting] ContohSebuah flowchart sederhana untuk menghitung faktorial N (n!)Template untuk diagram alur gambar (tahun 1970) yang menunjukkan simbol yang berbeda.
Sebuah flowchart untuk menghitung faktorial dari N (10!) Di mana N! = (1 * 2 * 3 * 4 * 5 * 6 * 7 * 8 * 9 * 10), lihat gambar.[Sunting] Simbol
Sebuah diagram alur khas dari yang tua buku teks ilmu komputer dasar dapat memiliki jenis berikut simbol:
Mulai dan akhiri simbol
    
Direpresentasikan sebagai lingkaran, oval atau empat persegi panjang bulat, biasanya yang berisi kata "Start" atau "End", atau frase lain sinyal awal atau akhir dari suatu proses, seperti "submit penyelidikan" atau "menerima produk".
Panah
    
Menampilkan "aliran kontrol". Sebuah panah yang datang dari satu simbol dan berakhir pada simbol lain menyatakan bahwa kontrol lolos ke simbol panah menunjuk ke.
Generik pengolahan langkah
    
Direpresentasikan sebagai persegi panjang. Contoh: "Tambahkan 1 ke X"; "mengganti bagian diidentifikasi"; "simpan perubahan" atau mirip.
Subrutin
    
Direpresentasikan sebagai persegi panjang dengan dua kali menghantam tepi vertikal; ini digunakan untuk menunjukkan langkah-langkah proses yang kompleks yang dapat rinci dalam diagram alur terpisah. Contoh: PROSES-FILES. Satu subrutin mungkin memiliki beberapa entry point yang berbeda atau arus keluar (lihat coroutine), jika demikian, ini ditampilkan sebagai berlabel 'sumur' di persegi panjang, dan panah kontrol terhubung ke ini 'sumur'.
Input / Output
    
Direpresentasikan sebagai genjang. Contoh: Dapatkan X dari pengguna; tampilan X.
Siapkan bersyarat
    
Direpresentasikan sebagai sebuah segi enam. Menunjukkan operasi yang tidak memiliki efek selain mempersiapkan nilai untuk langkah bersyarat atau keputusan selanjutnya (lihat di bawah).
Bersyarat atau keputusan
    
Direpresentasikan sebagai berlian (belah ketupat) menunjukkan di mana keputusan yang diperlukan, umumnya suatu Ya / Tidak ada pertanyaan atau Benar / Salah tes. Simbol kondisional adalah khas dalam yang telah dua panah keluar dari itu, biasanya dari titik bawah dan titik yang tepat, salah satu sesuai dengan Ya atau Benar, dan satu sesuai ke Tidak atau Salah. (Tanda panah harus selalu diberi label.) Lebih dari dua panah dapat digunakan, tetapi ini biasanya indikator yang jelas bahwa keputusan yang kompleks sedang diambil, dalam hal ini mungkin perlu jebol lebih lanjut atau diganti dengan "pra didefinisikan proses "simbol.
Junction simbol
    
Umumnya diwakili dengan gumpalan hitam, menunjukkan di mana arus kontrol beberapa menyatu dalam aliran keluar tunggal. Sebuah simbol persimpangan akan lebih dari satu panah yang masuk ke dalamnya, tetapi hanya satu keluar.
    
Dalam kasus sederhana, satu hanya dapat memiliki titik panah untuk panah lain sebagai gantinya. Ini berguna untuk mewakili berulang-ulang proses (apa yang dalam Ilmu Komputer disebut loop). Sebuah lingkaran mungkin, misalnya, terdiri dari konektor di mana kontrol pertama masuk, langkah-langkah pengolahan, bersyarat dengan satu panah keluar loop, dan satu akan kembali ke konektor.
    
Untuk kejelasan tambahan, dimanapun dua baris sengaja menyeberang dalam gambar, salah satunya bisa diambil dengan setengah lingkaran kecil di atas yang lain, menunjukkan bahwa persimpangan tidak dimaksudkan.
Konektor berlabel
    
Diwakili oleh sebuah label identifikasi di dalam lingkaran. Konektor berlabel digunakan dalam diagram kompleks atau multi-lembar untuk menggantikan panah. Untuk setiap label, yang "keluar" konektor selalu harus unik, tapi mungkin ada sejumlah konektor "arus masuk". Dalam hal ini, di persimpangan aliran kontrol tersirat.
Concurrency simbol
    
Diwakili oleh garis melintang ganda dengan sejumlah entri dan panah keluar. Simbol-simbol ini digunakan setiap kali dua atau lebih arus kontrol harus beroperasi secara bersamaan. Arus keluar diaktifkan bersamaan ketika semua arus masuk telah mencapai simbol konkurensi. Sebuah simbol konkurensi dengan aliran masuk tunggal garpu, satu dengan aliran keluar tunggal adalah bergabung.
Adalah penting untuk mengingat untuk menjaga hubungan logis dalam rangka. Semua proses harus mengalir dari atas ke bawah dan kiri ke kanan.[Sunting] Data-aliran ekstensi
Sejumlah simbol telah distandarisasi untuk diagram aliran data untuk merepresentasikan aliran data, bukan aliran kontrol. Simbol ini juga dapat digunakan dalam grafik kontrol aliran (misalnya untuk menggantikan simbol genjang).

    
Sebuah Dokumen direpresentasikan sebagai persegi panjang dengan dasar bergelombang;
    
A input manual diwakili oleh segiempat, dengan bagian atas miring tidak teratur naik dari kiri ke kanan. Sebuah contoh akan untuk menandakan pemasukan data dari formulir;
    
Sebuah Manual operasi diwakili oleh suatu trapesium dengan sisi sejajar terpanjang di atas, untuk mewakili operasi atau penyesuaian untuk proses yang hanya dapat dilakukan secara manual.
    
File Data direpresentasikan oleh silinder.
[Sunting] Jenis-jenis flowchartContoh flowchart sistem.
Sterneckert (2003) menyarankan bahwa diagram alur dapat dimodelkan dari perspektif kelompok pengguna yang berbeda (seperti manajer, analis sistem dan panitera) dan bahwa ada empat tipe umum: [8]

    
Dokumen diagram alur, menunjukkan kontrol atas aliran-dokumen melalui sistem
    
Data diagram alur, menunjukkan kontrol atas aliran data dalam suatu sistem
    
Sistem flowchart menunjukkan kontrol pada tingkat fisik atau sumber daya
    
Program flowchart, menunjukkan kontrol dalam sebuah program dalam suatu sistem
Perhatikan bahwa setiap jenis diagram alur memfokuskan pada beberapa jenis kontrol, bukan pada aliran tertentu itu sendiri [8].Mengemudi untuk mencapai tujuan tertentu dapat dimodelkan menggunakan diagram alur.
Namun ada beberapa klasifikasi ini. Sebagai contoh Andrew Veronis (1978) bernama tiga jenis dasar flowchart:. Bagan alur sistem, diagram alur umum, dan diagram alur rinci [9] Pada tahun yang sama Marilyn Bohl (1978) menyatakan "dalam praktiknya, dua jenis diagram alur yang digunakan dalam solusi perencanaan: diagram alur sistem dan diagram alur program ... "[10] Baru-baru ini Mark A. Fryman (2001) menyatakan bahwa ada lebih banyak perbedaan." Keputusan diagram alur, diagram alur logika, diagram alur sistem, diagram alur produk, dan diagram alur proses hanya beberapa dari berbagai jenis diagram alur yang digunakan dalam bisnis dan pemerintah ". [11]
Selain itu, teknik diagram ada banyak yang mirip dengan diagram alur tapi membawa nama yang berbeda, seperti diagram aktivitas UML.[Sunting] Perangkat Lunak
Setiap program menggambar dapat digunakan untuk membuat diagram flowchart, tetapi ini tidak akan memiliki data model dasar untuk berbagi data dengan database atau program lain seperti sistem manajemen proyek atau spreadsheet. Beberapa alat menawarkan dukungan khusus untuk menggambar flowchart. Paket perangkat lunak yang ada yang dapat membuat diagram alur secara otomatis, baik secara langsung dari kode sumber, atau dari bahasa flowchart deskripsi. Versi on-line berbasis web program tersebut available.History
Metode terstruktur pertama untuk mendokumentasikan aliran proses, "aliran proses grafik", diperkenalkan oleh Frank Gilbreth kepada anggota American Society of Mechanical Engineers (ASME) pada tahun 1921 dalam presentasi "Proses Charts-Langkah Pertama di Menemukan One Way Terbaik ". Alat Gilbreth dengan cepat menemukan cara mereka ke dalam kurikulum teknik industri. Pada awal 1930-an, seorang insinyur industri, Allan H. Mogensen mulai melatih orang-orang bisnis dalam penggunaan beberapa alat teknik industri di Konferensi Kerja Penyederhanaan di Lake Placid, New York.
Lulusan 1944 kelas Mogensen 's, Seni Spinanger, mengambil alat kembali ke Procter and Gamble di mana dia mengembangkan Program disengaja mereka Metode Ubah. Lulusan lain 1944, Ben S. Graham, Direktur Teknik Formcraft di Standard Daftar Industri, mengadaptasi diagram alir proses pengolahan informasi dengan perkembangan dari bagan aliran multi-proses untuk menampilkan beberapa dokumen dan hubungan mereka. [2] Pada tahun 1947, ASME mengadopsi serangkaian simbol yang berasal dari karya asli Gilbreth sebagai Standar ASME untuk Proses Charts.
Douglas Hartree menjelaskan bahwa Herman Goldstine dan John von Neumann mengembangkan diagram alur (awalnya, diagram) untuk merencanakan program komputer. [3] akun kontemporer-Nya didukung oleh insinyur IBM [4] dan oleh kenangan pribadi Goldstine itu. [5] pemrograman asli aliran grafik dari Goldstine dan von Neumann dapat dilihat dalam laporan tidak diterbitkan mereka, "Perencanaan dan pengkodean masalah bagi alat komputasi elektronik, Bagian II, Volume 1" (1947), yang direproduksi dalam karya von Neumann dikumpulkan [6].
Flowchart digunakan untuk menjadi sarana populer untuk menggambarkan algoritma komputer dan masih digunakan untuk tujuan ini. [7] teknik modern seperti UML diagram aktivitas dapat dianggap sebagai perpanjangan dari diagram alur. Pada 1970-an popularitas diagram alur sebagai metode sendiri menurun ketika interaktif terminal komputer dan generasi ketiga bahasa pemrograman menjadi alat umum perdagangan, karena algoritma dapat dinyatakan jauh lebih ringkas sebagai kode sumber dalam bahasa tersebut, dan juga karena merancang algoritma dengan diagram alur lebih mungkin untuk menghasilkan kode spaghetti karena kebutuhan untuk gotos untuk menggambarkan melompat sewenang-wenang dalam aliran kontrol. Seringkali pseudo-kode yang digunakan, yang menggunakan idiom umum bahasa tersebut tanpa benar-benar berpegang pada rincian tertentu one.Overview
Flowchart digunakan dalam merancang dan mendokumentasikan proses kompleks. Seperti jenis diagram, mereka membantu memvisualisasikan apa yang terjadi dan dengan demikian membantu pengunjung untuk memahami proses, dan mungkin juga menemukan kekurangan, kemacetan, dan lainnya yang kurang jelas fitur di dalamnya. Ada berbagai jenis diagram alur, dan setiap jenis memiliki repertoar sendiri kotak dan konvensi penulisan. Kedua paling umum jenis kotak dalam diagram alur adalah:

    
langkah pengolahan, biasanya disebut aktivitas, dan dilambangkan sebagai kotak persegi panjang
    
keputusan, biasanya dinotasikan sebagai berlian.
Sebuah flowchart digambarkan sebagai "lintas-fungsional" saat halaman dibagi menjadi swimlanes berbeda menggambarkan kontrol dari unit organisasi yang berbeda. Sebuah simbol muncul dalam "jalur" tertentu dalam kontrol dari unit organisasi. Teknik ini memungkinkan penulis untuk menemukan tanggung jawab untuk melakukan tindakan atau membuat keputusan dengan benar, menunjukkan tanggung jawab setiap unit organisasi untuk bagian yang berbeda dari sebuah proses tunggal.
Flowchart menggambarkan aspek-aspek tertentu dari proses dan mereka biasanya dilengkapi dengan jenis lain diagram. Misalnya, Kaoru Ishikawa diagram alur didefinisikan sebagai salah satu dari tujuh alat dasar kontrol kualitas, di samping histogram, diagram Pareto, check sheet, peta kendali, sebab-akibat diagram, dan diagram pencar. Demikian pula, dalam UML, notasi-konsep pemodelan standar yang digunakan dalam pengembangan perangkat lunak, diagram aktivitas, yang merupakan jenis flowchart, hanyalah salah satu dari banyak jenis diagram yang berbeda.
Nassi-Shneiderman diagram merupakan notasi alternatif untuk aliran proses.
Nama lain yang umum termasuk: flowchart, diagram alir proses, diagram alir fungsional, peta proses, diagram proses, bagan proses fungsional, model proses bisnis, model proses, diagram alir proses, diagram alur kerja, diagram aliran bisnis.
 
 
Simbol" Flowchart


fl1